TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Rabu, 24 Februari 2016

SUCCESS AT WORK

TRAINING
SUCCESS AT WORK

OBJECTIVES:
Ingin menjadi Karyawan yang Sukses? Di senangi sama BOSS/Atasan, meraih karir dengan cepat, naik pangkat terus? Ingin gaji naik? Ingin juga di senangi sama bawahan / asisten Anda? Ingin semua menyenangkan? Di lingkungan kerja terasa nyaman dan selalu bergairah?

Setiap orang pasti ingin sukses dalam bidang pekerjaannya, jika berhasil dalam pekerjaan tentu karier akan semakin baik dan bagus. Namun untuk bisa sukses dalam pekerjaan yang dijalani jelas harus ada upaya yang harus dibayarkan agar bisa sukses.

Success at Work membangun perilaku sukses hingga menjadi sukap, kebiasaan dan refleks dalam kehidupan sehari-hari di tempat kerja.

MANFAAT TRAINING
Training Success at Work ini merupakan alat charger dan pemompa motivasi setiap saat agar produktif dalam setiap tugas/pekerjaan yang dilakukan.

CONTENTS :
·         08.00 – 08.30       Ice Breaking   
·         08.30 – 10.00       Sesi 1 : Personal Excellence (Deffault). Men-set up sikap dan prilaku yang diperlukan ketika bertemunya visi pribadi dengan visi perusahaan/instansi sebagai landasan A Smart Employee.           
·         10.00 – 10.15       Coffee Break  
·         10.15 – 12.00       Sesi 2 : The Superior Success (Install). Men-create sikap yang baru atas dasar pilihan sendiri dan menjadikannya landasan dalam aktivitas sehari-hari.
 





METHODOLOGY :
·           Presentasi materi
·           Diskusi interaktif
·           Study kasus
·           Analisa masalah
·           Games dan Film
·           Latihan dan feedback

DURASI
4 Jam (08.00 – 12.00)

INVESTMENT :
Rp. 350.000 / Peserta
InHouse : Minimal 15 Peserta/kelas

Free Buku Hidup Seimbang Hidup Bahagia;
Karya Akhirudin DC

Investasi belum termasuk :
·         Tempat penyelenggaraan seminar dan konsumsi bagi peserta dan instruktur
·         Pelaratan training standar (layar, lcd/infocus, soundsystem)

FACILITATOR :
 AKHIRUDIN DC (Master Trainer & Motivator)
Penulis buku The Qiraah Code, Hidup Seimbang Hidup Bahagia, dll)

RSV & INFO :
085 710 561 167 (Telp/WA)
adc.trainingcenter@gmail.com
ADC TRAINING CENTER
Jl. Raya Jombang No. 02 Jombang Ciputat – Tangerang Selatan
Telp. 021-31703282 E-mail : sahabat@ptadconsulting.com /  adc.trainingcenter@gmail.com


Sabtu, 13 Februari 2016

ETOS KERJA PRIBADI YANG UNGGUL

ETOS KERJA PRIBADI YANG UNGGUL
OLEH :
AKHIRUDIN DC


ETOS KERJA
Apa pengertian etos kerja? Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang.

Pada Webster's New Word Dictionary, 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.

Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika; ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.
Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.

Dalam perjalanan waktu, nilai-nilai etis tertentu, yang tadinya tidak menonjol atau biasa-biasa saja bisa menjadi karakter yang menonjol pada masyarakat atau bangsa tertentu. Muncullah etos kerja Miyamoto Musashi, etos kerja Jerman, etos kerja Barat, etos kerja Korea Selatan dan etos kerja bangsa-bangsa maju lainnya.

Bahkan prinsip yang sama bisa ditemukan pada pada etos kerja yang berbeda sekalipun pengertian etos kerja relatif sama. Sebut saja misalnya berdisplin, bekerja keras, berhemat, dan menabung; nilai-nilai ini ditemukan dalam etos kerja Korea Selatan dan etos kerja Jerman atau etos kerja Barat.

Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya.

Bila pengertian etos kerja dire-definisikan, etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat.

Jadi Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).
Berikut 8 pemahaman tentang etos bekerja (Jansen Sinamo), yaitu:

1.        Kerja adalah Rahmat
Kita harus bekerja tulus penuh rasa syukur. Rahmat adalah pemberian Tuhan yang baik, Kerja adalah rahmat berarti pengakuan bahwa Tuhanlah yang memberi pekerjaan, karena itu harus disyukuri dan direspon dengan rasa terimakasih kepada Tuhan. Karena itu kita bekerja dengan bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberi rahmat setiap hari.

Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan rahmat lainnya sebagai berikut:
·           Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji yang kita dapat.
·       Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita  bisa tumbuh dan berkembang.
·           Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja.
·      Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan komunitas.
Rahmat adalah kekuatan yang mentransformasikan manusia :
·         Mengubah yang culas menjadi ikhlas.
·         Mengubah yang tercengkeram kemelekatan menjadi mampu bersikap legowo.
·         Mengubah yang terkungkung sikap aji mumpung menjadi bajik dan bijak.
·      Mengubah jiwa-jiwa kerdil menjadi jiwa-jiwa besar : sanggup menerima kekalahan dengan lapang dada bahkan rela mengalah dan dikalahkan.
·    Mengubah yang pendendam menjadi pemaaf : tidak memelihara kebencian dan tidak memupuk sakit hati.
·    Mengubah yang pelit jadi mampu bekerja tulus penuh syukur: tidak pamrih, tidak mengeluh, tidak bersungut-sungut, tidak merengek-rengek, tidak iri pada rezeki orang, dan tidak menuntut apa yang tak patut.
·   Mengubah yang tunduk pada naluri dan hasrat-hasrat rendah menjadi mampu berperilaku mulia sesuai martabat dirinya.
·         Mengubah yang selalu negatif dan reaktif menjadi senantiasa positif dan proaktif

2.      Kerja adalah Amanah
Kita harus bekerja benar dan tanggungjawab. Amanah adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada pekerja, kepada manusia. Sebagai penerima amanah, maka setiap pekerja berkewajiban menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Pemberian titipan Tuhan, berarti pekerja diberi kepercayaan oleh Tuhan, karena itu sebagai orang yang dipercayai Tuhan, pekerja harus melaksanakan amanah dengan bertanggungjawab, dengan integritas. karena itu kita bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai respon terhadap titipan Tuhan yang Maha Baik.

Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab, dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang didelegasikan kepada kita akan menumbuhkankehendak kuat untuk melakasanakan tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang ditetapkan.

3.      Kerja adalah Panggilan
Kita harus bekerja tuntas penuh integritas. Panggilan Suci berarti panggilan dari Yang Kuasa dan sesuatu yang tidak bercela. Orang yang terpanggil seyogianya mensyukuri panggilan sebagai utusan Tuhan. Karena itu bekerja adalah menyampaikan dan menyebarluaskan pesan (messages) dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka pekerja dapat juga dimaknai sebagai Messengger of God. Tugas suci sebagai pekerja adalah menyebarluaskan kebenaran melalui pekerjaan.

Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi. Profesi yang kita jalani untukmenjawab panggilan kita sebagai akuntan, hakim, dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total, utuh dan menyeluruh.

4.      Kerja adalah Aktualisasi
Kita harus bekerja keras penuh semangat. Aktualisasi adalah untuk mewujudkan keberadaan yang sesungguhnya, secara tegasnya adalah untuk mewujudkan dan megubah potensi menjadi kompetensi yang bermuara pada hasil, output dan outcomes. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi segala talenta, bakat dan untuk menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu usaha dan upaya yang sungguh-sungguh supaya potensi, bakat dan talenta tidak terkubur dalam diri setiap pekerja, sebaliknya potensi dan bakat itu menjadi buah yang ranum yang akan dinikmati oleh semua orang.

Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:
·           Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras.
·           Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita.
·           Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.

5.      Kerja adalah Ibadah
Kita harus bekerja serius penuh khusyu. Melakukan ibadah tidak hanya di rumah ibadah atau di tempat-tempat acara ibadah. Ibadah yang sangat kontekstual justru dilakukan dalam pekerjaan. Dengan bekerja kita melakukan ibadah, sudah tentu kerja yang ibadah adalah kerja yang dilakukan dengan tujuan memuliakan Tuhan dan membantu sesama manusia. Karena itu setiap pekerja semestinya mewujudkan pekerjaan dan tugasnya sebagai ibadah kepada Tuhan. Bekerja dengan totalitas pengabdian kepada Tuhan itulah ibadah yang sesungguhnya. Bekerja sebagai ibadah dengan memuliakan Tuhan sebagai hubungan vertikal, bekerja sebagai ibadah dengan hubungan horizontal, adalah berbuat kebaikan dan kebajikan kepada manusia.

Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita, berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika semua didasari dengan rasa cinta. Jadi ingat, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan.

6.      Kerja adalah Seni
Kita harus bekerja kreatif dan sukacita. Semua orang menyenangi keindahan, menyukai harmoni. Keindahan dan harmoni adalah seni, maka kerja sesungguhnya juga adalah seni. Bekerja adalah mengkesplorasi semua kreatifitas untuk menciptakan keindahan dan harmoni. Meyakini, memahami dan melaksanakan kerja sebagai seni akan membuat setiap pekerja melakukan kerja dengan sepenuh cinta. Ia mampu menghasilkan produk-produk yang indah dan menawn. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi semua kreativitas manusia menjadi sesuatu yang mempunyai  cinta dan keindahan.

Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada, melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya, tentu saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni.

7.      Kerja adalah Kehormatan
Kita harus bekerja tekun dan unggul. Menerima hasil atau upah dari pekerjaan adalah kehormatan, karena bekerja adalah penghargaan kepada kemampuan dan keunggulan seseorang. Seseorang menerima pekerjaan adalah seseorang yang menerima kehormatan. Orang yang menerima kehoramatan harus menjaga kehormatan itu dengan segala upaya yang bisa dilakukan. Jadi kalau anda ditugaskan untuk melakukan sesuatu, itu artinya ada diberikan kehormatan untuk menyelesaikannya. Karena itu bekerja haruslah dilakukan dengan segala ketekunan.

Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja. Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup. Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri yang akan meningkatkan keinginan kita untuk bekerja lebih tekun.

8.      Kerja adalah Pelayanan
Kita harus bekerja sempurna dan rendah hati. Melayani adalah memberikan yang terbaik kepada kastemer, jadi seorang yang bekerja melayani orang lain, melayani kastemer adalah memberikan kualitas terbaik. Pekerja yang demikian adalah orang-rang yang mulia. Seorang Menteri tugasnya adalah melayani, yang dilayani adalah masyarakat dan pihak lain yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menteri melayani Gubernur, melayani Walikota, melayani Bupati, supaya Gubernur, Bupati dan Walikota bisa melayani masyarakat dengan baik. Mother Theresa melayani orang yang termiskin dari yang melarat di India. Mother Theresa adalah pelayan yang mulia. Bekerja adalah pelayanan. Karena itu setiap pekerja harus melayani dengan sepenuh hati dengan kemuliaan hati. Setiap pekerja adalah orang mulia.

Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap orang lain.

ETOS KERJA DALAM ISLAM
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).

Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.

Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.

Setiap Muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.

Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusia yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela.

Seorang Muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah.

Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Bahkan Seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu anhu. Pernah berkata:
“Bekerjalah engkau untuk kepentingan duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah engkau untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”

Ungkapan ini mengandung berbgai pemahaman, diantaranya:
·           Ada anggapan bahwa kita harus hidup seimbang, antara dunia dan akhirat.
·           Ungkapan tersebut maknanya justru KEBALIKAN dari makna pertama. Artinya, ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa akhirat lebih utama dibanding dunia. Apa buktinya? Buktinya bahwa untuk urusan akhirat harus disegerakan (karena waktunya sempit, yaitu besok), dan urusan dunia boleh ditunda (karena waktunya masih panjang yaitu hidup selama-lamanya).

Perlu juga kita pahami bahwa yang namanya masalah keduniaan tidak selalu soal dunia, dan masalah keakhiratan tidak selalu soal akhirat. Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya dunia, namun sebenarnya ia bernilai akhirat. Contoh: seorang pebisnis yang berbisnis untuk menafkahi keluarganya. Lalu ia tidak lupa bersedekah, berzakat, dan membantu orang lain.
Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya akhirat, namun sebenarnya ia bernilai dunia. Contoh: membantu korban bencana sambil menonjolkan dirinya/partainya. Di sini perbuatannya bernilai dunia, yaitu pamrih ingin dipuji sebagai orang yang peduli atau dipuji sebagai partai yang pro rakyat.

Jadi, perbuatan apapun yang bernilai akhirat, maka itu perlu diprioritaskan. Tentu saja dengan niat yang benar.

Jika niatnya akhirat, maka dunia akan ikut terbawa.
Jika niatnya dunia, maka akhirat tidak akan ikut terbawa.
Karena hasil akhirnya akan ditentukan dengan niat/tujuannya awalnya.


Praktek kehidupan yang memiliki etos kerja tinggi adalah menyahuti firman Allah swt, artinya: Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9 : 105)

Sejarah Islam juga mengamanatkan bahwa Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi.Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT. Dalam satu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?" tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad, "Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka".
Selain itu kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW dapat dilihat dari beberapa hal berikut ini:

Pertama, Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya".

Kedua, dalam bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas, pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.

Ketiga, Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.

Keempat, dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.

Kelima, Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan berkualitas.

Keenam, Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid yang percaya pada cita-cita bersama.

Ketujuh, Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya.

Kedelapan, Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk meraih keridhaan Allah SWT.

Memperhatikan spirit al-Qur’an dan praktek kehidupan Nabi Muhammad SAW maka dapat dikatakan bahwa produktivitas kerja Muslim merupakan sikap kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari amal saleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian.

Pemahaman sejenis ini akan menjadikan seorang Muslim yang memiliki produktivitas kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Amanah itu adalah harapan yang harus diwujudkannya. Harapan (hope) hanya bisa diraih bila memenuhi kualitas kepribadian.

Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi yang memiliki etos kerja. Kualitas adalah proses yang secara konsekuen menapaki jalan yang lurus. Dalam dunia usaha atau lapangan pekerjaan jalan yang lurus tidak lain adalah seluruh komitmen yang dijabarkan dalam ‘standard of procedure’ yang mencakup seluruh komitmen diri terhadap perusahaan. Setiap karyawan yang memiliki etos kerja tidak akan mengabaikan begitu saja seluruh proses yang ada karena setiap kalimat dari prosedur merupakan hasil dari buah pemikiran dan kesepakatan. Ia akan yakin bilamana prosesnya berkualitas niscaya akan berakhir dengan hasil yang berkualitas pula. Salah satu kata kunci dari kualitas perusahaan adalah terletak pada kualitas yang dimiliki oleh setiap individu dari perusahaan tersebut.

“Heart of Change” by John Kotter
70% transformasi yang pernah dilakukan gagal karena hanya menggunakan “Kepala (Head)” tanpa “Hati (Heart)” Pemimpin yang berhasil dalam melakukan tranformasi adalah mereka yang melibatkan aspek “Hati (Heart)” yaitu nilai yang terdalam dari anggota timnya.


Kualitas berpikir (quality of your head) berarti kemampuan untuk mengorganisir seluruh unsur yang ada dilingkungan kita dengan mendayagunakan informasi yang tersedia. Kemampuan untuk menggambarkan sesuatu dalam bentuk yang abstrak, konseptual, yang kemudian memberikan kemampuan diri untuk mengambil keputusan, memecahkan persoalan-persoalan bahkan berpikir secara kreatif dan inovatif.

Berpikir berarti mengumpulkan informasi, mengolah dan kemudian mereproduksikannya dalam bentuk yang sesuai dengan yang diinginkannya. Bertambah banyak informasi berkualitas yang diperoleh, akan bertambah baik pula kemampuan dalam mengambil keputusan dan memecahkan persolan. Sehingga proses berpikir sangat erat kaitannya dengan pengalaman yang pernah dimiliki, yang berhubungan dengan berbagai informasi dan masalah.
Sebuha contoh dua anak kembar sekalipun belum tentu memiliki kemampuan berpikir yang sama, tergantung pada sejauh mana masing-masing anak tersebut memperkaya pengalaman batinnya masing-masing. Itulah sebabnya dalam dunia manajemen sumber daya manusia, peranan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus merupakan cara perusahaan untuk menanamkan investasi SDM (human investment) yang suatu saat akan memperkuat kualitas perusahaan tersebut. Pelatihan yang terkait dengan sikap tidak akan terasa kapan perubahannya, tetapi perubahan tersebut pasti ada. Sejalan dengan jawaban atas pertanyaan,’Sejak kapan, jam berapa dan tanggal berapa kita bisa berbicara dalam bahasa kita sendiri?’. Pada dasarnya pelatihan dapat dibagi menjadi dua, yang pertama pelatihan yang terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan (skill and knowledge) dan yang kedua terkait dengan sikap perilaku (attitude). Yang pertama merupakan kebutuhan pelatihan dalam bidang teknis yang secara umum sangat mudah diukur dan dilihat parameternya. Misalnya kemampuan seorang karyawan yang awalnya belum mengetahui software komputer. Setelah dilatih dalam bebarapa hari akan terlihat secara signifikan hasilnya. Yang kedua terkait dengan motivasi dan perubahan sikap. Hal ini tidak dapat secara spontan terlihat hasilnya. Ini membutuhkan waktu dan dukungan lingkungan atau organisasi dimana karyawan tersebut berada. Seorang karyawan yang telah mengikuti Achievement Motivation Training, akan sangat termotivasi dan ingin berbuat banyak. Tetapi akan tidak dapat berbuat banyak apabila sistem yang ada didalam perusahaan bahkan pemimpinnya belum memiliki paradigma yang sama.

Kualitas hati (quality of heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah Spiritual Intelligent, yaitu tanggungjawab atas dasar cinta kepada Illahi. Kualitas moral akan lebih menggetarkan hati bila dimulai dari prinsip-prinsip dasar atau keyakinan seseorang. Itulah sebabnya, kebutuhan yang paling mendasar bagi seorang karyawan saat ini bukan hanya terkait dengan ketrampilan dan pengetahuan (quality of your hand and quality of your head), tetapi juga ketajaman nilai-nilai moral. Adapun pelatihan-pelatihan yang diasah berdasarkan nilai-nilai religius terasa sangat sedikit dan pada umumnya perusahaan-perusahaan banyak memilih pelatihan moral yang bersifat umum pula. Padahal banyak peserta yang setelah mengikuti Spiritual Management Training dan Etos Kerja merasakan adanya pencerahan batin, dan mengakui telah menghentikan kebiasaan-kebiasaan jeleknya termasuk datang ke kantor menjadi lebih tepat waktu dibanding sebelumnya.

Maka dibutuhkan amal (quality of hand) atau kerja keras (Hard Working) yang nyata untuk mewujudkan harapan (hope) kita menjadi manusia yang berprestasi, berkualitas dan produktif dalam bekerja. Dengan demikian etos kerja berkaitan erat dengan harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap pekerjaan itu sendiri.

Etos Kerja Tinggi akan melahirkan percaya diri dan optimis,
Jiwa yang merdeka, Allah always in my heart,
Berwawasan, Memiliki kemampuan bersaing,

Berpikir positif, Memiliki harga diri dan berorientasi ke depan (visioner).