TRAINING
SUCCESS
AT WORK
|
|
OBJECTIVES:
Ingin menjadi Karyawan yang Sukses? Di
senangi sama BOSS/Atasan, meraih karir dengan cepat, naik pangkat terus?
Ingin gaji naik? Ingin juga di senangi sama bawahan / asisten Anda? Ingin
semua menyenangkan? Di lingkungan kerja terasa nyaman dan selalu bergairah?
Setiap orang pasti ingin sukses dalam bidang
pekerjaannya, jika berhasil dalam pekerjaan tentu karier akan semakin baik
dan bagus. Namun untuk bisa sukses dalam pekerjaan yang dijalani jelas harus
ada upaya yang harus dibayarkan agar bisa sukses.
Success at Work membangun perilaku sukses hingga menjadi sukap,
kebiasaan dan refleks dalam kehidupan sehari-hari di tempat kerja.
MANFAAT
TRAINING
Training Success at Work ini
merupakan alat charger dan pemompa motivasi setiap saat agar produktif dalam
setiap tugas/pekerjaan yang dilakukan.
CONTENTS :
·
08.00 – 08.30 Ice Breaking
·
08.30 – 10.00 Sesi 1 : Personal Excellence (Deffault). Men-set up sikap dan
prilaku yang diperlukan ketika bertemunya visi pribadi dengan visi
perusahaan/instansi sebagai landasan A Smart Employee.
·
10.00 – 10.15 Coffee Break
·
10.15 – 12.00 Sesi 2 : The Superior Success
(Install). Men-create sikap yang baru atas dasar pilihan sendiri dan
menjadikannya landasan dalam aktivitas sehari-hari.
|
METHODOLOGY :
·
Presentasi materi
·
Diskusi interaktif
·
Study kasus
·
Analisa masalah
·
Games dan Film
·
Latihan dan feedback
DURASI
4 Jam (08.00 – 12.00)
INVESTMENT :
Rp. 350.000 / Peserta
InHouse : Minimal 15 Peserta/kelas
Free Buku Hidup Seimbang Hidup
Bahagia;
Karya Akhirudin DC
Investasi belum termasuk :
·
Tempat
penyelenggaraan seminar dan
konsumsi bagi peserta dan instruktur
·
Pelaratan training standar (layar,
lcd/infocus, soundsystem)
FACILITATOR
:
AKHIRUDIN DC (Master Trainer
& Motivator)
Penulis buku The Qiraah Code, Hidup
Seimbang Hidup Bahagia, dll)
RSV
& INFO :
085
710 561 167 (Telp/WA)
adc.trainingcenter@gmail.com
|
ADC
TRAINING CENTER
Jl. Raya Jombang No. 02
Jombang Ciputat – Tangerang Selatan
|
TRAINER HEBAT
TRAINER HEBAT
Rabu, 24 Februari 2016
SUCCESS AT WORK
Sabtu, 13 Februari 2016
ETOS KERJA PRIBADI YANG UNGGUL
ETOS KERJA PRIBADI
YANG UNGGUL
OLEH :
AKHIRUDIN DC
ETOS KERJA
Apa pengertian etos kerja?
Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya
adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa
Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan
pikiran yang membentuk seseorang.
Pada Webster's New Word
Dictionary, 3rd College Edition, etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau
karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok.
Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etika tentu bukan hanya
dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika; ini
merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos
kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet,
tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan
bangsa lain.
Kerajinan, gotong royong,
saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita.
Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu
menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.
Dalam perjalanan waktu,
nilai-nilai etis tertentu, yang tadinya tidak menonjol atau biasa-biasa saja
bisa menjadi karakter yang menonjol pada masyarakat atau bangsa tertentu.
Muncullah etos kerja Miyamoto Musashi, etos kerja Jerman, etos kerja Barat,
etos kerja Korea Selatan dan etos kerja bangsa-bangsa maju lainnya.
Bahkan prinsip yang sama bisa
ditemukan pada pada etos kerja yang berbeda sekalipun pengertian etos kerja
relatif sama. Sebut saja misalnya berdisplin, bekerja keras, berhemat, dan
menabung; nilai-nilai ini ditemukan dalam etos kerja Korea Selatan dan etos
kerja Jerman atau etos kerja Barat.
Bila ditelusuri lebih dalam,
etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau
masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap
keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan
tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya.
Bila pengertian etos kerja
dire-definisikan, etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau
kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul
dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter
pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika
kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau
kelompok atau masyarakat.
Jadi Etos Kerja merupakan
totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan
memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan
meraih amal yang optimal (high performance).
Berikut 8 pemahaman tentang etos
bekerja (Jansen Sinamo), yaitu:
1.
Kerja adalah Rahmat
Kita harus bekerja tulus penuh rasa syukur. Rahmat
adalah pemberian Tuhan yang baik, Kerja adalah rahmat berarti pengakuan bahwa
Tuhanlah yang memberi pekerjaan, karena itu harus disyukuri dan direspon dengan
rasa terimakasih kepada Tuhan. Karena itu kita bekerja dengan bersyukur dan
berterimakasih kepada Tuhan yang telah memberi rahmat setiap hari.
Bekerja dengan tulus akan membuat kita merasakan
rahmat lainnya sebagai berikut:
·
Kita dapat menyediakan sandang-pangan untuk keluarga kita dengan gaji
yang kita dapat.
· Kita diberi kesempatan untuk bisa bergaul lebih luas serta meningkatkan
kualitas diri ke tingkat yang lebih tinggi hingga kita bisa tumbuh dan berkembang.
·
Kita bisa memaksimalkan talenta kita saat bekerja.
· Kita bisa mendapatkan pengakuan dan identitas diri dari masyarakat dan
komunitas.
Rahmat adalah kekuatan yang mentransformasikan manusia :
·
Mengubah yang culas menjadi ikhlas.
·
Mengubah yang tercengkeram kemelekatan menjadi
mampu bersikap legowo.
·
Mengubah yang terkungkung sikap aji mumpung menjadi bajik dan bijak.
· Mengubah jiwa-jiwa kerdil menjadi jiwa-jiwa besar : sanggup menerima
kekalahan dengan lapang dada bahkan rela mengalah dan dikalahkan.
· Mengubah yang pendendam menjadi pemaaf : tidak memelihara kebencian dan
tidak memupuk sakit hati.
· Mengubah yang pelit jadi mampu bekerja tulus penuh syukur: tidak pamrih,
tidak mengeluh, tidak bersungut-sungut, tidak merengek-rengek, tidak iri pada
rezeki orang, dan tidak menuntut apa yang tak patut.
· Mengubah yang tunduk pada naluri dan hasrat-hasrat rendah menjadi mampu
berperilaku mulia sesuai martabat dirinya.
·
Mengubah yang selalu negatif dan reaktif menjadi senantiasa positif dan
proaktif
2.
Kerja adalah Amanah
Kita harus bekerja benar dan tanggungjawab. Amanah
adalah titipan Tuhan yang dipercayakan kepada pekerja, kepada manusia. Sebagai
penerima amanah, maka setiap pekerja berkewajiban menjalankan amanah dengan
sebaik-baiknya. Pemberian titipan Tuhan, berarti pekerja diberi kepercayaan oleh
Tuhan, karena itu sebagai orang yang dipercayai Tuhan, pekerja harus
melaksanakan amanah dengan bertanggungjawab, dengan integritas. karena itu kita
bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai respon terhadap titipan Tuhan yang
Maha Baik.
Amanah melahirkan sebuah sikap tanggung jawab,
dengan demikian maka tanggung jawab harus ditunaikan dengan baik dan benar
bukan hanya sekedar formalitas. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan yang
didelegasikan kepada kita akan menumbuhkankehendak kuat untuk melakasanakan
tugas dengan benar sesuai job description untuk mencapai target yang
ditetapkan.
3.
Kerja adalah Panggilan
Kita harus bekerja tuntas penuh integritas.
Panggilan Suci berarti panggilan dari Yang Kuasa dan sesuatu yang tidak
bercela. Orang yang terpanggil seyogianya mensyukuri panggilan sebagai utusan
Tuhan. Karena itu bekerja adalah menyampaikan dan menyebarluaskan pesan
(messages) dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka pekerja dapat juga dimaknai sebagai
Messengger of God. Tugas suci sebagai pekerja adalah menyebarluaskan kebenaran
melalui pekerjaan.
Dalam konteks pekerjaan, panggilan umum ini memiliki
arti bahwa apa saja yang kita kerjakan hendaknya memenuhi tuntutan profesi.
Profesi yang kita jalani untukmenjawab panggilan kita sebagai akuntan, hakim,
dokter, dsb. Agar panggilan dapat diselesaikan hingga tuntas maka diperlukan
integritas yang kuat karena dengan memegang teguh integritas maka kita dapat
bekerja dengan sepenuh hati, segenap pikiran, segenap tenaga kita secara total,
utuh dan menyeluruh.
4.
Kerja adalah Aktualisasi
Kita harus bekerja keras penuh semangat. Aktualisasi
adalah untuk mewujudkan keberadaan yang sesungguhnya, secara tegasnya adalah
untuk mewujudkan dan megubah potensi menjadi kompetensi yang bermuara pada
hasil, output dan outcomes. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi segala
talenta, bakat dan untuk menjadi produk yang bermanfaat. Untuk itu perlu usaha
dan upaya yang sungguh-sungguh supaya potensi, bakat dan talenta tidak terkubur
dalam diri setiap pekerja, sebaliknya potensi dan bakat itu menjadi buah yang
ranum yang akan dinikmati oleh semua orang.
Aktualisasi adalah kekuatan yang kita pakai untuk
mengubah potensi menjadi realisasi. Tujuan dari sikap aktual ini adalah agar
kita terbiasa bekerja keras dan selalu tuntas untuk mencapai mimpi dan
keinginan kita tanpa merubah diri kita menjadi pecandu kerja. Ada tiga cara
mudah untuk meningkatkan etos kerja keras, yaitu:
·
Kembangkanlah visi sebagai ilham untuk bekerja keras.
·
Kerja keras merupakan ongkos untuk mengembangkan diri kita.
·
Kerja keras itu baik, menyehatkan dan menguatkan diri kita.
5.
Kerja adalah Ibadah
Kita harus bekerja serius penuh khusyu. Melakukan
ibadah tidak hanya di rumah ibadah atau di tempat-tempat acara ibadah. Ibadah
yang sangat kontekstual justru dilakukan dalam pekerjaan. Dengan bekerja kita
melakukan ibadah, sudah tentu kerja yang ibadah adalah kerja yang dilakukan
dengan tujuan memuliakan Tuhan dan membantu sesama manusia. Karena itu setiap
pekerja semestinya mewujudkan pekerjaan dan tugasnya sebagai ibadah kepada Tuhan.
Bekerja dengan totalitas pengabdian kepada Tuhan itulah ibadah yang
sesungguhnya. Bekerja sebagai ibadah dengan memuliakan Tuhan sebagai hubungan
vertikal, bekerja sebagai ibadah dengan hubungan horizontal, adalah berbuat
kebaikan dan kebajikan kepada manusia.
Segala pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita
harus kita syukuri dan lakukan dengan sepenuh hati. Tidak ada tipe atau jenis
pekerjaan yang lebih baik dan lebih rendah dari yang lain karena semua
pekerjaan adalah sama di mata Tuhan jika kita mengerjakannya dengan serius dan
penuh kecintaan. Berbekal keseriusan itu maka hasil yang akan kita peroleh juga
akan lebih dari yang kita bayangkan, begitu pula jika pekerjaan yang kita
lakukan didasarkan oleh rasa cinta. Seberat apapun beban pekerjaan kita,
berapapun gaji yang kita dapatkan dan apapun posisi yang kita pegang akan
memberikan nilai moril dan spirituil yang berbeda jika semua didasari dengan
rasa cinta. Jadi ingat, bekerja serius penuh kecintaan akan melahirkan
pengabdian serta dedikasi terhadap pekerjaan.
6.
Kerja adalah Seni
Kita harus bekerja kreatif dan sukacita. Semua orang
menyenangi keindahan, menyukai harmoni. Keindahan dan harmoni adalah seni, maka
kerja sesungguhnya juga adalah seni. Bekerja adalah mengkesplorasi semua
kreatifitas untuk menciptakan keindahan dan harmoni. Meyakini, memahami dan
melaksanakan kerja sebagai seni akan membuat setiap pekerja melakukan kerja
dengan sepenuh cinta. Ia mampu menghasilkan produk-produk yang indah dan
menawn. Karena itu bekerja adalah mengeksplorasi semua kreativitas manusia
menjadi sesuatu yang mempunyai cinta dan
keindahan.
Bekerja keras itu perlu, namun bekerja dengan cerdas
sangat dibutuhkan. Kecerdasan disini maksudnya adalah menggunakan strategi dan
taktik dengan pintar untuk mengembangkan diri, memanfaatkan waktu bekerja agar
tetap efektif dan efesien, melihat dan memanfaatkan peluang kerja yang ada,
melahirkan karya dan buah pikiran yang inovatif dan kreatif. Hasilnya, tentu
saja daya cipta kita bukan hanya disenangi oleh pemimpin perusahaan tetapi juga
oleh orang lain karena semua yang kita hasilkan itu adalah karya seni.
7.
Kerja adalah Kehormatan
Kita harus bekerja tekun dan unggul. Menerima hasil
atau upah dari pekerjaan adalah kehormatan, karena bekerja adalah penghargaan kepada
kemampuan dan keunggulan seseorang. Seseorang menerima pekerjaan adalah
seseorang yang menerima kehormatan. Orang yang menerima kehoramatan harus
menjaga kehormatan itu dengan segala upaya yang bisa dilakukan. Jadi kalau anda
ditugaskan untuk melakukan sesuatu, itu artinya ada diberikan kehormatan untuk
menyelesaikannya. Karena itu bekerja haruslah dilakukan dengan segala
ketekunan.
Kehormatan diri bisa kita dapatkan dengan bekerja.
Melalui pekerjaan, maka kita dihormati dan dipercaya untuk memangku suatu
posisi tertentu dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita termasuk
segala kompetensi diri yang kita miliki, kemampuan dan kesempatan dalam hidup.
Rasa hormat yang terbentuk dalam diri kita akan menumbuhkan rasa percaya diri
yang akan meningkatkan keinginan kita untuk bekerja lebih tekun.
8.
Kerja adalah Pelayanan
Kita harus bekerja sempurna dan rendah hati.
Melayani adalah memberikan yang terbaik kepada kastemer, jadi seorang yang
bekerja melayani orang lain, melayani kastemer adalah memberikan kualitas
terbaik. Pekerja yang demikian adalah orang-rang yang mulia. Seorang Menteri
tugasnya adalah melayani, yang dilayani adalah masyarakat dan pihak lain yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menteri melayani Gubernur, melayani
Walikota, melayani Bupati, supaya Gubernur, Bupati dan Walikota bisa melayani
masyarakat dengan baik. Mother Theresa melayani orang yang termiskin dari yang
melarat di India. Mother Theresa adalah pelayan yang mulia. Bekerja adalah
pelayanan. Karena itu setiap pekerja harus melayani dengan sepenuh hati dengan
kemuliaan hati. Setiap pekerja adalah orang mulia.
Tahukah Anda kalau ternyata hasil yang kita lakukan
dalam bekerja bisa menjadi masukan untuk orang lain dan begitu pula sebaliknya.
Sehingga dari proses tersebut kita telah memberikan kontribusi kepada orang
lain agar mereka bisa hidup dan beraktivitas dengan lebih mudah. Jadi, bekerja
juga bisa kita golongkan sebagai salah satu bentuk pelayanan kita terhadap
orang lain.
ETOS KERJA DALAM ISLAM
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap
kepribadian yang melahirkan keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu
bukan saja untuk memuliakan dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga
sebagai suatu manifestasi dari amal shaleh. Sehingga bekerja yang didasarkan
pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim,
melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah yang
didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya,
menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian
sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu
identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman
tauhid, bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim, tetapi sekaligus
meninggikan martabat dirinya sebagai hamba Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka
jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan
seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif,
sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat
identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap Muslim selayaknya tidak asal bekerja,
mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai
pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi
semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari
karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang Muslim untuk menjadi
pengangguran, apalagi menjadi manusia yang kehilangan semangat inovatif. Karena
sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta,
pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela.
Seorang Muslim yang memiliki etos kerja adalah
mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang
merupakan bagian amanah dari Allah.
Hal ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan
para sahabatnya. Bahkan Seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Amr bin
al-Ash radhiyallahu anhu. Pernah
berkata:
“Bekerjalah engkau untuk kepentingan duniamu
seakan-akan engkau akan hidup selamanya, dan bekerjalah engkau untuk
kepentingan akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok”
Ungkapan ini mengandung berbgai pemahaman,
diantaranya:
·
Ada anggapan bahwa kita harus hidup seimbang, antara dunia dan akhirat.
·
Ungkapan tersebut maknanya justru KEBALIKAN dari makna pertama. Artinya,
ungkapan tersebut mengisyaratkan bahwa akhirat lebih utama dibanding dunia. Apa
buktinya? Buktinya bahwa untuk urusan akhirat harus disegerakan (karena
waktunya sempit, yaitu besok), dan urusan dunia boleh ditunda (karena waktunya
masih panjang yaitu hidup selama-lamanya).
Perlu juga kita pahami bahwa yang namanya masalah
keduniaan tidak selalu soal dunia, dan masalah keakhiratan tidak selalu soal
akhirat. Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya dunia, namun sebenarnya ia
bernilai akhirat. Contoh: seorang pebisnis yang berbisnis untuk menafkahi
keluarganya. Lalu ia tidak lupa bersedekah, berzakat, dan membantu orang lain.
Bisa jadi, suatu perbuatan kelihatannya akhirat,
namun sebenarnya ia bernilai dunia. Contoh: membantu korban bencana sambil
menonjolkan dirinya/partainya. Di sini perbuatannya bernilai dunia, yaitu
pamrih ingin dipuji sebagai orang yang peduli atau dipuji sebagai partai yang
pro rakyat.
Jadi, perbuatan apapun yang bernilai akhirat, maka
itu perlu diprioritaskan. Tentu saja dengan niat yang benar.
Jika niatnya akhirat, maka dunia akan ikut terbawa.
Jika niatnya dunia, maka akhirat tidak akan ikut
terbawa.
Karena hasil akhirnya akan ditentukan dengan
niat/tujuannya awalnya.
Praktek
kehidupan yang memiliki etos kerja tinggi adalah menyahuti firman Allah swt,
artinya: Dan katakanlah : "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (QS At-Taubah, 9
: 105)
Sejarah
Islam juga mengamanatkan bahwa Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai
aktualisasi keimanan dan ketakwaan. Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan
duniawi.Beliau bekerja untuk meraih keridaan Allah SWT. Dalam satu riwayat
dikisahkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz
Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong
kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?"
tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad,
"Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk
mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau
mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata, "Inilah tangan yang
tidak akan pernah disentuh api neraka".
Selain
itu kesuksesan karier dan pekerjaan Rasulullah SAW dapat dilihat dari beberapa
hal berikut ini:
Pertama,
Rasul selalu bekerja dengan cara terbaik, profesional, dan tidak asal-asalan.
Beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah menginginkan jika salah seorang
darimu bekerja, maka hendaklah meningkatkan kualitasnya".
Kedua, dalam
bekerja Rasul melakukannya dengan manajemen yang baik, perencanaan yang jelas,
pentahapan aksi, dan adanya penetapan skala prioritas.
Ketiga,
Rasul tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun. "Barangsiapa
yang dibukakan pintu kebaikan, hendaknya dia mampu memanfaatkannya, karena ia
tidak tahu kapan ditutupkan kepadanya," demikian beliau bersabda.
Keempat,
dalam bekerja Rasul selalu memperhitungkan masa depan. Beliau adalah sosok yang
visioner, sehingga segala aktivitasnya benar-benar terarah dan terfokus.
Kelima,
Rasul tidak pernah menangguhkan pekerjaan. Beliau bekerja secara tuntas dan
berkualitas.
Keenam,
Rasul bekerja secara berjamaah dengan mempersiapkan (membentuk) tim yang solid
yang percaya pada cita-cita bersama.
Ketujuh,
Rasul adalah pribadi yang sangat menghargai waktu. Tidak berlalu sedetik pun
waktu, kecuali menjadi nilai tambah bagi diri dan umatnya.
Kedelapan,
Rasulullah SAW menjadikan kerja sebagai aktualisasi keimanan dan ketakwaan.
Rasul bekerja bukan untuk menumpuk kekayaan duniawi. Beliau bekerja untuk
meraih keridhaan Allah SWT.
Memperhatikan
spirit al-Qur’an dan praktek kehidupan Nabi Muhammad SAW maka dapat dikatakan
bahwa produktivitas kerja Muslim merupakan sikap kepribadian yang melahirkan
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan
dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi
dari amal saleh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman
bukan saja menunjukkan fitrah seorang Muslim, melainkan sekaligus meninggikan
martabat dirinya sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan
dirinya sebagai sosok yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia
yang amanah, menunjukkan sikap pengabdian.
Pemahaman
sejenis ini akan menjadikan seorang Muslim yang memiliki produktivitas kerja
adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat
yang merupakan bagian amanah dari Allah. Amanah itu adalah harapan yang harus
diwujudkannya. Harapan (hope) hanya bisa diraih bila memenuhi kualitas
kepribadian.
Kualitas
bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas
adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi yang memiliki etos
kerja. Kualitas adalah proses yang secara konsekuen menapaki jalan yang lurus.
Dalam dunia usaha atau lapangan pekerjaan jalan yang lurus tidak lain adalah
seluruh komitmen yang dijabarkan dalam ‘standard of procedure’ yang mencakup
seluruh komitmen diri terhadap perusahaan. Setiap karyawan yang memiliki etos
kerja tidak akan mengabaikan begitu saja seluruh proses yang ada karena setiap
kalimat dari prosedur merupakan hasil dari buah pemikiran dan kesepakatan. Ia
akan yakin bilamana prosesnya berkualitas niscaya akan berakhir dengan hasil
yang berkualitas pula. Salah satu kata kunci dari kualitas perusahaan adalah
terletak pada kualitas yang dimiliki oleh setiap individu dari perusahaan
tersebut.
“Heart
of Change” by John Kotter
70%
transformasi yang pernah dilakukan gagal karena hanya menggunakan “Kepala
(Head)” tanpa “Hati (Heart)” Pemimpin yang berhasil dalam melakukan tranformasi
adalah mereka yang melibatkan aspek “Hati (Heart)” yaitu nilai yang terdalam
dari anggota timnya.
Kualitas
berpikir (quality of your head) berarti kemampuan untuk mengorganisir seluruh
unsur yang ada dilingkungan kita dengan mendayagunakan informasi yang tersedia.
Kemampuan untuk menggambarkan sesuatu dalam bentuk yang abstrak, konseptual,
yang kemudian memberikan kemampuan diri untuk mengambil keputusan, memecahkan
persoalan-persoalan bahkan berpikir secara kreatif dan inovatif.
Berpikir
berarti mengumpulkan informasi, mengolah dan kemudian mereproduksikannya dalam
bentuk yang sesuai dengan yang diinginkannya. Bertambah banyak informasi
berkualitas yang diperoleh, akan bertambah baik pula kemampuan dalam mengambil
keputusan dan memecahkan persolan. Sehingga proses berpikir sangat erat
kaitannya dengan pengalaman yang pernah dimiliki, yang berhubungan dengan
berbagai informasi dan masalah.
Sebuha
contoh dua anak kembar sekalipun belum tentu memiliki kemampuan berpikir yang
sama, tergantung pada sejauh mana masing-masing anak tersebut memperkaya pengalaman
batinnya masing-masing. Itulah sebabnya dalam dunia manajemen sumber daya
manusia, peranan pendidikan dan pelatihan yang terus menerus merupakan cara
perusahaan untuk menanamkan investasi SDM (human investment) yang suatu saat
akan memperkuat kualitas perusahaan tersebut. Pelatihan yang terkait dengan
sikap tidak akan terasa kapan perubahannya, tetapi perubahan tersebut pasti
ada. Sejalan dengan jawaban atas pertanyaan,’Sejak kapan, jam berapa dan
tanggal berapa kita bisa berbicara dalam bahasa kita sendiri?’. Pada dasarnya
pelatihan dapat dibagi menjadi dua, yang pertama pelatihan yang terkait dengan
ketrampilan dan pengetahuan (skill and knowledge) dan yang kedua terkait dengan
sikap perilaku (attitude). Yang pertama merupakan kebutuhan pelatihan dalam
bidang teknis yang secara umum sangat mudah diukur dan dilihat parameternya.
Misalnya kemampuan seorang karyawan yang awalnya belum mengetahui software
komputer. Setelah dilatih dalam bebarapa hari akan terlihat secara signifikan
hasilnya. Yang kedua terkait dengan motivasi dan perubahan sikap. Hal ini tidak
dapat secara spontan terlihat hasilnya. Ini membutuhkan waktu dan dukungan
lingkungan atau organisasi dimana karyawan tersebut berada. Seorang karyawan
yang telah mengikuti Achievement Motivation Training, akan sangat termotivasi
dan ingin berbuat banyak. Tetapi akan tidak dapat berbuat banyak apabila sistem
yang ada didalam perusahaan bahkan pemimpinnya belum memiliki paradigma yang
sama.
Kualitas
hati (quality of heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal
dengan istilah Spiritual Intelligent, yaitu tanggungjawab atas dasar cinta
kepada Illahi. Kualitas moral akan lebih menggetarkan hati bila dimulai dari
prinsip-prinsip dasar atau keyakinan seseorang. Itulah sebabnya, kebutuhan yang
paling mendasar bagi seorang karyawan saat ini bukan hanya terkait dengan
ketrampilan dan pengetahuan (quality of your hand and quality of your head),
tetapi juga ketajaman nilai-nilai moral. Adapun pelatihan-pelatihan yang diasah
berdasarkan nilai-nilai religius terasa sangat sedikit dan pada umumnya
perusahaan-perusahaan banyak memilih pelatihan moral yang bersifat umum pula.
Padahal banyak peserta yang setelah mengikuti Spiritual Management Training dan
Etos Kerja merasakan adanya pencerahan batin, dan mengakui telah menghentikan
kebiasaan-kebiasaan jeleknya termasuk datang ke kantor menjadi lebih tepat
waktu dibanding sebelumnya.
Maka
dibutuhkan amal (quality of hand) atau kerja keras (Hard Working) yang nyata
untuk mewujudkan harapan (hope) kita menjadi manusia yang berprestasi,
berkualitas dan produktif dalam bekerja. Dengan demikian etos kerja berkaitan
erat dengan harapan serta cara dirinya memberikan makna terhadap pekerjaan itu
sendiri.
Etos Kerja Tinggi akan
melahirkan percaya diri dan optimis,
Jiwa yang merdeka, Allah always in my heart,
Berwawasan, Memiliki kemampuan
bersaing,
Berpikir positif, Memiliki
harga diri dan berorientasi ke depan (visioner).
Langganan:
Postingan (Atom)