TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Kamis, 13 Juni 2013

MENAKAR BALANCE LIFE



MENAKAR BALANCE LIFE
 
Diantara berbagi pilihan hidup untuk memperoleh piliham yang terbaik dan tepat dalam tatanan yang harmonis pada kehidupan pribadi manusia dan alam semesta, maka dibutuhkan sebuah system yang tepat yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan. Sejalan dengan ini, maka munculah berbagai macam pemikiran ataupun ideologi-ideologi yang semua itu menawarkan konsep-konsep yang diangggap paling bijaksana untuk menjalani kehidupan ini. Akan tetapi pemikiran-pemikiran atau ideologi-ideologi tersebut kadangkala hanya menitikberatkan pada satu sisi saja tanpa melihat dari dari sisi lain dalam kehidupan ini. Hal inilah yang perlu diperhatikan, karena dengan tidak adanya keseimbangan dalam ideologi tersebut maka akan menimbulkan beberapa masalah dalam aspek kehidupan manusia itu sendiri.
Sebelum barbicara lebih jauh lagi, alangkah baiknya jika kita mengetahui tetlebih dahulu apa itu keseimbangan menurut para ahli. Secara umum, keseimbangan dapat kita pahami yaitu posisi tegak ditengah antara dua hal, yang kedua hal tersebut sama atau hampir sama sehingga tidak cenderung kesalah satu diantara kedua hal tersebut. Seimbang juga berarti sebanding sepadan, atau kesamaan. Dalam persepektif islam, keseimbangan disebut dengan istilah tawaazun.
Yusuf Al-Qardawi memberikan definisi seimbang dengan istilah Al-Wasthiyyah (moderat) atau dengan ungkapan yang senada dengan Leksikon Islam yaitu At-Tawaazun dalam artian “keseimbangan diantara dua jalan atau dua arah yang saling bertentangan. Salah satu dari dua arah tersebut tidak dapat mengambil hak yang lebih banyak dan melampaui yang lain.”
Kemudian mengenai pengertian keseimbangan ini, Plato lebih menitikberatkan pada nilai keindahan. Jika segenap potensi-potensi jiwa terdidik sedemikian rupa, tanpa adanya ketidak adilan dan dijauhkan dari kelebihan ataupun kekurangan, maka jiwa akan menjadi indah. Jadi segala sesuatu itu memiliki ukurannya masing-masing, yaitu sebuah ukuran ideal. Selanjutnya, Plato juga mengatakan “seseorang dapat dikatakan sempurna bilamana akhlak dan potensinya sudah seimbang.”
Sedangkan menurut Ibn Maskawaih, keseimbangan diartikan sebagai hubungan yang proporsional diantara segala sesuatu. Berusaha untuk bersikap seimbang berarti mendidik jiwa untuk selalu sederhana dalam segala hal, yang selanjutnya kesederhanaan ini akan menjadi sebuah sikap yang menetap dalm diri dan pribadi seseorang.
Keseimbangan antara cita-cita dan fakta yang diperhitungkan sehingga tercapai kondisi jiwa yang seimbang atau dalm kondisi pertengahan. Untuk itu, hendaknya segala sesuatu ditempatkan sesuai pada tempat dan haknya. Ada sebuah pernyataan AM. Saefuddin yang nampaknya merupakan hasil refleksi yang cukup mendalam: “segala hal idealnya akan mempribadi secara seimbang. Didalam konflik yang berkepanjangan antara hak dan bathil kita akan menemukan keseimbangan. Dari inequilibrium ke equilibrium. Demikian seterusnya hingga kita hinggap pada istiqomah, yakni titik keseimbangan.” @akhirudindc

Minggu, 09 Juni 2013

KESEIMBANGAN AKHLAK MULIA


KESEIMBANGAN AKHLAK MULIA
 
Menurut Imam al-Suyuti ada beberapa ciri akhlak mulia yang apabila seseorang memiliki kreteria ini nescaya dia akan mencapai kesempurnaan dalam keperibadiannya. Tiga ciri tersebut ialah:
Pertama, menjauhi permusuhan. Tanda orang yang memiliki akhlak yang mulia ialah dia sentiasa berusaha menjauhi persengketaan dan perselisihan. Perbuatan suka mencari alasan untuk bermusuhan jelas menunjukkan nilai akhlak yang rendah. Sedangkan orang yang akhlaknya tinggi ialah cinta kepada keamanan, persatuan, kedamaian, kasih sayang dan nilai-nilai kemanusiaan. Orang-orang yang tinggi akhlaknya bukan saja mampu memaafkan tetapi juga segera untuk memohon maaf jika melakukan kesalahan.
Ciri kedua, orang yang tinggi akhlaknya seperti yang disebutkan oleh Imam As-Suyuti ialah mempunyai kesedaran sekaligus mengamalkan nilai keadilan. Jadi, adil adalah teras kepada nilai tinggi akhlak, sementara orang-orang yang gemar menganiaya orang lain, mengutamakan kepentingan diri, suka menghukum sesuatu dengan emosi dan perasaan marah, tidak tahu bersabar, tidak melihat kebaikan dan kebajikan masyarakat di sekitarnya sesungguhnya adalah wajah golongan yang tidak berakhlak.
Ciri ketiga orang-orang yang berakhlak tinggi ialah orang yang tidak mencari-cari kesalahan orang lain. Orang yang berkeperibadian tinggi sesungguhnya tidak mempunyai masa untuk mencari-cari kesalahan orang lain. Sebaliknya hanya orang yang akhlaknya rendah saja yang gemar mencari-cari kesalahan orang lain, Mengarang-ngarang cerita, suka bermain gosip dan mereka-reka fitnah terhadap orang lain.
Orang yang tidak berakhlak ini menjadi pelanggan tetap bursa fitnah, umpatan dan dia juga pelanggan kepada saluran mencari kecacatan serta keaiban orang lain, yang lagaknya seperti “kuman di seberang lautan dapat dilihat, gajah di depan mata tidak kelihatan”. Jika kita sentiasa bermuhasabah mencari dan menyadari kesalahan diri pastilah kita tidak disibukkan dengan mencari kesalahan dan kelemahan orang lain. Luqman al-Hakim pernah berpesan.

“Barangsiapa yang melihat aibnya sendiri,
maka dia akan meninggalkan kebiasaan mencari aib orang lain. Barangsiapa yang rela dengan rezeki yang dianugerahkan oleh Allah, maka dia tidak akan bersedih jika orang lain mendapat kelebihan rezeki, barangsiapa yang menghunus pedang untuk menganiaya orang lain, tangannya akan terpotong oleh pedang itu sendiri,
barangsiapa yang menggali lobang untuk saudaranya,
dia sendiri akan terjerumus ke dalam lobang itu,
barangsiapa yang membuka aib orang lain,
aibnya sendiri juga akan tersingkap,
barangsiapa yang lupa akan kesalahan diri sendiri,
dia akan selalu menganggap besar kesalahan orang lain”.

Seluruh lapisan masyarakat dan kelas atas sampai rakyat jelata mencari jalan keluar dari kemelut yang berkepanjangan bangsa Indonesia. Semuanya sibuk mempermasalahkan berbagai bidang kehidupan bangsa, bukanlah mencari solusi untuk mengatasinya. Mungkin bisa mulai dari sekarang merancang suatu solusi dengan menelusuri penyebab timbulnya masalah bangsa ini, diantara penyebab yang paling potensial adalah krisis akhlak yang telah merasuk dan menjiwai hampir semua masyarakat Indonesia siapapun orangnya jika telah memiliki krisis akhlak, maka dirinya tidak akan membawa manfaat bagi orang lain.
Akhlak bisa dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan seseorang, Sayangnya masyarakat Indonesia sering mengakui kesuksesan seseorang dari harta kekayaan, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan dan popularitas serta penampilannya. Akibatnya banyak anak bangsa ini berusaha dengan segala cara untuk memperoleh hal-hal tersebut demi untuk kesuksesannya tanpa mengindahkan syari'at agama masing-masing. Banyak orang yang bangga dan terhormat dengan gelar-gelar pada dirinya walaupun mungkin dengan cara membeli. Hal ini akan memberikannya sebuah kepercayaan diri untuk tampil di muka umum, padahal sebenarnya ia hanyalah sosok yang hidup dalam kepalsuan, sandiwara dan sama sekali tidak terhormat. Ada yang merasa bangga ketika mendapat jabatan, padahal pribadinya tidak bisa menjadi suri tauladan. Keputusannya tidak menjadikan sebuah solusi dan tidak mencerminkan kearifan, karena jabatannya digunakan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk bangsanya. Ada yang merasa bangga dengan popularitas, karena dengan itu akan banyak di kenal orang dan dapat dimanfaat-kan untuk mendapatkan kemudahan-kemudahan. Kesemuanya itu dikarenakan niat yang jelek, bu-kan niat untuk membangun bangsanya.
Kini semua harus sepakat bahwa alat ukur ke-suksesan bukanlah topeng dunia yang sudah di-sebutkan tadi. Islam memandang bahwa sesung-guhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa dan paling berhasil mem-baca, menggali, dan memompa potensi dirinya, sehingga bisa berkarier yang terbaik dijalan Allah. Itu akan memberikan manfaat bagi dirinya dan ba-gi orang lain serta martabat bagi dunianya dan membawa arti bagi akherat nanti. Itulah makna dari sebuah kesuksesan.
Orang yang sukses adalah orang yang mampu menyukseskan dirinya dan orana lain. Orang lain merasa sukses karena mendapat sesuatu yang bermanfaat dari orang yang sukses bukannya o-rang sukses di dunia ini, karena ia banyak harta tapi banyak pula orang lain teraniaya karena harta kekayaannya dikarena dengan cara korupsi, me-nindas bawahan dan segudang keburukan la-innya. Memang tidak ada orang yang menolak sukses, tapi tidak sedikit orang yang tidak tahu cara mencapai kesuksesan yang hakiki yaitu memperoleh akhlak yang mulia.
Untuk meraih suatu solusi dalam rangka keluar dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini dengan suatu konsep yaitu 7B (Beribadah dengan benar; Bertaqwa dengan baik; Belajar tiada henti; Bekerja keras dan ikhlas; Bersahaja dalam hidup; Bantu sesama; Bersihkan hati selalu). Kalau tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan dengan baik tentu ada harapan yang terang menanti kemakmuran bangsa ini. #BalanceLifeTraining ... @akhirudindc ... akhirudindc@gmail.com

Jumat, 07 Juni 2013

KESEIMBANGAN ANTARA POTENSI DAN BAKAT

KESEIMBANGAN ANTARA POTENSI DAN BAKAT


Apakah Anda termasuk orang yang belum mampu mengenali bakat Anda serta memaksimalkan potensi diri yang ada dalam diri Anda? Jangan berkecil hati, karena Anda tidak sendirian. Banyak orang yang masih belum mampu mengenali potensi diri dan bakat terpendam yang ada dalam dirinya. Hal itu dikarenakan kurangnya kepedulian mereka terhadap potensi diri dan bakat alami maupun bakat terpendam yang ada dalam dirinya untuk menjadikan meraka memiliki sesuatu hal yang sangat besar dan berarti dalam hidupnya.

Tidak ada kata terlambat untuk menggali potensi diri dan memaksimalkan bakat yang ada dalam diri Anda. Dan janganlah berkecil hati karena semua orang tentunya memiliki potensi diri dan bakat alami yang masih harus digali dan dipelajari. Banyak cara agar Anda bisa menggali dan memaksimalkan potensi dalam diri Anda. Tulisan ini akan memberikan kepada Anda sebuah masukan, tips, saran serta langkah, agar Anda mampu menggali dan memaksimalkan potensi yang ada dalam diri Anda. Ada empat kunci utama agar Anda mampu mengeluarkan bakat Anda yang masih tersimpan dalam diri Anda. Empat kunci itu antara lain :

1. Keahlian

Keahlian adalah segala sesuatu dimana Anda dapat mempelajari dan mengerjakannya dengan mudah. Lalu, apakah Anda merasakan bahwa Anda mengalami kemudahan dalam mempelajari dan mengerjakan suatu hal? Atau Anda mampu mengerjakan sesuatu di atas rata-rata orang lain dalam mengerjakan dan menyelesaikannya? Atau bahkan Anda mampu memperhitungkan segala sesuatu dengan lebih cepat dari kebanyakan manusia lainnya? Maka, bisa jadi itulah potensi diri yang ada dalam diri Anda, dan Anda harus lebih menggalinya serta menekuni sesuatu yang bisa Anda selesaikan serta perhitungkan lebih cepat di atas rata-rata orang lain. Kemudian pikirkanlah semua itu agar Anda mampu memastikan bahwa itulah sesungguhnya bakat Anda.

2. Ketertarikan

Ketertarikan adalah keinginan hati untuk lebih dapat mengetahui dan mempelajari akan sesuatu hal. Jika Anda memiliki keinginan yang kuat terhadap sesuatu hal, maka perhatikanlah bahwa itu bisa menandakan bahwa potensi diri dan bakat Anda mengarah kesana. Terkadang ketertarikan akan sesuatu hal di atas rata-rata keinginan kita yang lainnya, bisa menjadi petunjuk bahwa ada potensi dan bakat dalam diri kita terhadap hal itu.  Dan hal itu tidak semata-mata ambisi atau hobi belaka, karena disanalah naluri kita bekerja. Sehingga dengan ketertarikan itu, bisa lebih mengembangkan keingintahuan kita serta berusaha mempelajarinya lebih dalam. Dengan demikian ketertarikan Anda pada suatu hal bisa mengarahkan Anda pada potensi dan bakat sesungguhnya yang Anda miliki.

3. Kepuasan

Kepuasan adalah perasaan jiwa dimana kita merasakan adanya kegembiraan, kesenangan, ketenangan dan kenyamanan pada saat melakukan suatu hal. Perhatikan dengan baik, kegiatan apakah yang membuat Anda merasa betah berlama-lama atau merasa tidak ingin melepaskan kegiatan itu? Sebagai contoh, banyak orang yang betah berlama-lama dengan sebuah komputer, kendaraan, kerajinan tangan, olahraga dan kegiatan lainnya. Di saat Anda merasakan kepuasan dan kenyamanan dari kegiatan tersebut, maka bisa jadi pertanda potensi dan bakat Anda adalah disana. Maka Anda harus lebih mencermati dan memperhatikan hal-hal yang bisa membuat Anda merasakan kepuasan atau kenyamanan saat melakukannya. Kepuasan dan kenyamanan itu akan membawa Anda pada potensi dan bakat Anda sesungguhnya.

4. Kebiasaan

Kebiasaan adalah segala sesuatu yang biasa kita lakukan dan menjadi rutinitas dalam kegiatan, tingkah laku, perbuatan dan sikap kita sehari-hari. Apakah orang-orang di sekitar Anda merasa tertarik dengan Anda? Atau apa yang membuat mereka ingin selalu dekat dengan Anda? Bila ada sesuatu hal yang membuat mereka ingin selalu dekat dengan Anda atau mereka merasa tertarik dengan sikap Anda atau bahkan mereka merasa nyaman dengan perilaku Anda, maka perhatikan apa yang telah Anda lakukan! Misalnya saja, Anda mampu memberikan solusi dalam kegiatan menajemen perusahaan, sehingga rekan Anda merasa membutuhkan atau tertarik pada Anda, maka disanalah potensi diri dan bakat Anda bisa dimaksimalkan. Bila Anda mampu membuat orang lain tertarik dengan hasil karya Anda, maka perdalam ia. Bisa jadi disanalah bakat Anda akan muncul. Dan masih banyak lagi kebiasaan kita yang bisa membuat orang tertarik atau ingin merasa dekat dengan kita. Jika Anda termasuk dalam kategori seperti orang dimaksud, maka tetaplah pada kebiasaan Anda dan maksimalkan kebiasaan yang membuat orang lain tertarik pada Anda.

Empat kunci utama untuk mengenali potensi dan bakat yang terpendam dalam diri Anda tersebut, akan menjadi suatu keberhasilan dan Anda akan menemukan bakat Anda yang sesungguhnya, apabila Anda benar-benar bekerja keras untuk memaksimalkan bakat tersebut. Bakat yang tidak diasah, akan menjadikannya sebuah potensi yang tidak akan membawa banyak manfaat kepada Anda. Namun jika Anda mampu menggali, mengasah dan menekuni potensi dan bakat Anda, maka ia akan menjadi perantara menuju keberhasilan Anda. #Balancelife, @akhirudindc

Selasa, 04 Juni 2013

BALANCE LIFE DENGAN 7 B



BALANCE LIFE DENGAN 7 B
Ada pun konsep 7B tersebut adalah:
  1. Beribadah Dengan Benar. Awali setiap peker-jaan dengan suatu niat yang baik yaitu hanya untuk memperoleh keridhoan Allah Ta'ala semata. Hal itu merupakan suatu ibadah dengan benar. Beribadah dengan benar akan membuat sese-orang semakin tawadhu, hati rnenjadi tentram dan kehidupan akan seimbang. Hidup tanpa ibadah bagaikan bangunan tanpa fondasi. Maka segala sesuatu yang akan dilakukan hendaknya berda-sarkan pada ibadah yang tujuannya untuk mem-peroleh keridhoan dan kasih sayang Allah SWT.
  2. Bertaqwa Dengan Baik. Selaku manusia yang beragama haruslah menjalankan syariatnya dengan baik. Untuk dapat menjalankan syariat de-ngan baik tentu harus dibarengi dengan iman. Iman seseorang dapat dikatakan berkualitas, jika ia dapat bertaqwa dengan baik. Dengan iman dan taqwa yang baik segala perbuatannya akan senantiasa ber-dasarkan kepa-da syariat aga-ma dan tidak akan merugikan mahluk ciptaan Allah yang lain.
  3. Belajar Tiada Henti. Ibadah benar dan akh-lak baik belum-lah cukup jika tidak didukung upaya belajar dari kita. Belajar merupakan sua-tu kebutuhan bahkan kewa-jiban. Sebagai-mana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an "Aku senantiasa me-ningkatkan de-rajat beberapa tingkat bagi me-reka yang berilmu". Demikian pula sabda Nabi Muhammad SAW, "Tuntutlah ilmu mulai dari buai-an sampai liang lahat" dan "Tuntutlah ilmu walau-pun sampai negeri Cina". Dari hari ke hari ma-salah, potensi konflik, dan kebutuhan kita akan terus bertambah. Bagaimana mungkin kita mam-pu menyikapi masalah tersebut dengan ilmu se-adanya tanpa ada peningkatan kualitas dan kuantitas? Ciri orang yang sungguh-sungguh dalam men-capai kesuksesan adalah mau belajar tiada henti dan memperoleh ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akherat.
  4. Bekerja Keras dengan Cerdas dan ikhlas. Kita harus menanamkan standar pada diri kita, yaitu bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas. Ada orang yang bekerja dengan keras tapi kurang menggunakan akalnya, akibatnya dia hanya men-jadi pekerja keras saja tanpa ada kemajuan.
  5. Bersahaja Dalam Hidup. Seorang pekerja ke-ras seringkali terpuruk karena ketidakbersaha-jaannya dalam hidup. Dia boros, senang bermegah-megah, sehingga mudah terpedaya dan tertipu orang lain. Lain halnya jika dia bersahaja. Kemampuan keuangan kita lebih tinggi diban-dingkan kebutuhan kita. Kita jadi orang yang gemar menabung, bersedekah, dan investasi untuk masa mendatang yang bermanfaat bagi diri kita maupun generasi mendatang. Inilah budaya yang harus kita ajarkan ke masyarakat kita saat ini. Budaya kita bukanlah budaya yang banyak memiliki banyak ba-rang, tetapi budaya yang selalu memiliki nilai tam-bah dari segala yang kita miliki.
  6. Bantu sesama. Salah satu alat ukur kesuksesan adalah dilihat dari kemampuan kita memba-ngun diri dan orang lain, misalnya dengan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Kelebihan yang kita miliki digunakan untuk memajukan sanak saudara, tetangga, teman, pembantu, dan siapa saja yang mau maju dan membutuhkan. Jika an-tara orang yang membantu dan orang yang di-bantu memiliki kesamaan tata nilai, ibadah benar; taqwa baik, belajar tiada henti, serta kerja keras dengan cerdas dan ikhlas, maka apa yang telah dihasilkan oleh keduanya akan digunakan untuk menolong saudaranya. Dengan demikian terjadilah sebuah sinergi yang harmonis dalam kehidupan bernegara.
  7. Bersihkan hati selalu. Untuk apa kita harus se-lalu membersihkan hati? Apa yang kita lakukan, dari B yang pertama hingga B yang keenam jika tidak diiringi dengan selalu membersihkan hati, maka dikhawatirkan akan timbul ujub atau bahkan yang lebih besar lagi yaitu takabur. Jika semuanya menjadikan kita ujub, maka sia-sialah apa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali ada keihkhlasan didalamnya. Kita tidak perlu merasa paling bisa, berjasa, dan paling mulia karena semuanya adalah karunia Allah semata. Kita harus bersyukur diberikan jalan kesuksesan atau kemudahan bagi orang lain oleh Allah. Inilah orang yang akan sukses karena tidak ada dalam dirinya rasa ujub dan sikap takabur dengan segala prestasi yang diraihnya. Apalah ar-tinya kita mendapat banyak hal bila kita tidak men-dapat ridho dari Allah karena kesombongan kita. #BalanceLifeTraining ... @akhirudindc ... akhirudindc@gmail.com

KEJUJURAN YANG SEIMBANG


KEJUJURAN YANG SEIMBANG

 
1.      Jujur kepada diri sendiri
Kejujuran adalah lawan kata dari kebohongan. Dan orang orang yang berbohong adalah orang yang menipu dirinya sendiri, menipu Allah dan menipu masyarakat luas. Orang yang tidak jujur karena ia tampil sebagai seorang yang berjiwa pengecut atau moral cowardice, yang kehilangan keperibadiannya untuk menutupi kelemahan-kelemahan dirinya (weakness recovery). Islam sebagai suatu agama pada dasarnya mengajarkan pemeluknya untuk jujur. Sholat misalnya, salah satu dimensi moral yang dilahirkannya adalah kejujuran. Kita tidak pernah mendengar ada orang yang menipu jumlah rakaat dalam sholatnya, biarpun ia sholat sendirian.
Orang tidak akan pernah jujur selama ia tidak memiliki makna hidup yang sebenarnya, yaitu berpihak kepada kebenaran. Jujur kepada diri sendiri berarti memulai dengan sikap disiplin, taat dan mengakui batas kemampuan yang dimiliki serta menyadari kelemahan dirinya. Orang yang jujur pada dirinya sendiri adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melaksanakan kehendak apabila keinginannya tidak sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Dia tidak akan melakukan suatu kepalsuan atau kebohongan hanya karena untuk gengsi dan prestise. Kejujuran baginya adalah kebenaran dirinya untuk berkonfrontasi dengan dorongan nafsu ammarah yang bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah dalam qolbunya.
Ia akan membeli gelar dengan gelar palsu, karena masyarakat memandang gelar adalah suatu kehormatan. Ia sangat bangga dan merasa terpandang dengan jabatan, padahal dirinya tidak mencerminkan tauladan, keputusannya pun tidak memberikan solusi, bahkan tidak mencerminkan kearifan.

2.      Jujur kepada orang lain
Sikap jujur/tulus kepada orang lain, berarti prihatin melihat penderitaan mereka. Karena seorang shodiq memiliki empati yang kuat dan sikap melayani (sense of stewardship). Sikap melayani juga sama halnya dengan sikap menghubungkan silaturrahim yang intinya berbuat untuk suatu kebaikan. Dalam ajaran Islam orang yang menjalankan silaturrahim memiliki dua nilai, yaitu diluaskan Allah rezkinya dan dipanjangkan (diberkahi) Allah umurnya (hadis muttafaqun 'alaih dari Anas bin Malik ra).
Dalam hubungannya dengan pekerjaan, orang yang jujur akan melahirkan pekerjaan yang energik penuh antusias dan optimisme. Orang yang jujur kepada orang lain adalah orang yang melaksanakan tugas-tugasnya tidak merasa terhambat oleh berbagai kebohongan dilingkungannya yang akan merusak dirinya. Karena mereka menyadari bahwa dalam setiap kebohongan akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan lainnya. Para psikolog membuktikan bahwa kebohongan akan melahirkan penyakit mental, yaitu timbul rasa takut, stress dan merasa dikejar-kejar oleh kebohongan yang dilakukannya yang pada gilirannya akan membawa kepada penyakit psikis yang berakibat terganggunya hubungan antar keluarga, kawan sejawat bahkan masyarakatnya.
Dalam Islam sikap shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah, adalah sikap yang diajarkan Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang dicontohkannya dalam prilaku kehidupan beliau sehari-hari sehingga beliau sangat dikagumi, dicintai, dihormati oleh sahabat-sahabat nya maupun lawan-lawannya. Jika seorang pemikir mengatakan 'aku ada karena aku berfikir', maka orang jujur akan mengatakan, ' aku ada karena aku bersama orang lain untuk menegakkan kebenaran dan kejujuran. Jujur kepada orang lain adalah suatu sikap kerinduan untuk memberi manfaat/kontribusi baik material maupun immaterial, sebagaimana ditamsilkan Allah dalam surah Ibrahim/14 ayat 24-25,
Artinya:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dan hadis shohih Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan, 'khoirukum anfauhum linnas'. Sebaik-baik kamu adalah orang yang memberikan manfaat/kontribusi kepada manusia. Bagaikan air suci yang mensucikan, ia tidak hanya ingin memurnikan dirinya sendiri, tetapi ada semacam sacred mission/misi suci untuk mengajak orang lain berbuat benar dan jujur sebagai rasa tanggungjawabnya untuk melangkah menapaki jalan-jalan Allah.

3.       Jujur kepada Allah
Jujur kepada Allah, berarti berbuat dan memberikan segala sesuatu baik dalam ibadah dan bermuamalah karena dan untuk Allah sebagaimana firman-Nya, "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku". Demikian juga dalam surah yang lain al-An'am/6: 162:
Artinya:
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Jujur kepada Allah juga adalah menyangkut hati nurani. Orang yang jujur kepada Allah, bahwa ia merasakan dirinya senantiasa dilihat oleh Allah. Nabi Muhammad Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita dalam beribadah kepada Allah hendaknya kita seolah-olah melihat Allah, jikapun kita tidak dapat melihatNya, niscaya Allah melihat kita. Bagi orang yang jujur kepada Allah, batinnya merasakan kehadiran Allah dalam dirinya, sehingga tidak akan pernah terlintas dalam pikiran dan qolbunya untuk berbohong. Karena berbohong bagi mereka merupakan pengingkaran yang amat nyata terhadap keimanannya.
Artinya:
Sesungguhnya orang yang mengadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah dan mereka itu adalah orang-orang pendusta (QS. al-Nahl/16: 105).

Orang yang jujur kepada Allah maka ia akan aplikasikan segala perbuatannya dengan benar dan baik semata-mata karena Allah sebagai konsekwensi dari perkataannya ketika mengucapkan 'inni wajjahtu wajhia lilladzi fatarossamawati wal ardh...' aku hadapkan wajahku kepada Yang Menciptakan langit dan bumi. Orang yang jujur kepada Allah ia tidak akan meminta bantuan dan pertolongan kepada makhluk dalam memenuhi hajat hidupnya.
Ucapan 'iyyakana'budu wa iyya kanasta'in, ihdinash shiratol mustaqim' ia hunjamkan dalam-dalam ke lubuk hatinya, sehingga pernyataan kalam Ilahi itu merupakan komitmen yang secara terus menerus diperjuangkannya agar tidak keluar atau menyimpang dari koridor yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Dengan demikian, amanah (terpercaya dan jujur) yang disimbolkan dengan jari tangan jempol. Acungan jempol menurut masyarakat kita selalu diarahkan bagi mereka yang memiliki sifat jujur ini, bukan karena kedudukannya, bukan pula karena hartanya. 
Dengan membudayanya sikap jujur, hidup kita menjadi bermartabat. Jujur itu hendaknya bukan hanya wacana, tetapi diwujudkan dalam perbuatan nyata. Dengan sikap ini penyalahgunaan formalin, boraks, MSG (mono sodium glumat) dan zat pewarna lainnya, yang dapat menimbulkan dampak kumulatif yang berbahaya bagi kesehatan tidak perlu terjadi. Para pedagang dan pengusaha perlu memperlihatkan sifat al-tajirul amin (pengusaha, pedagang yang amanah), dalam berbagai situasi termasuk tidak menampakkan aji mumpung, sehingga sewa rumah dengan tiba-tiba melambung manakala permintaan menjadi meningkat, begitu juga jenis barang dan jasa lainnya. Harga-harga barang menanjak naik manakala menghadapi momen-momen penting seperti tahun baru, hari raya, kenaikan BBM dan gaji. Harga hewan sembelihan qurban luar biasa meningkat hampir dua kali lipat menjelang lebaran haji, karena permintaan meningkat dan supply terbatas. Bahkan pada momen-momen tertentu, ada pula yang menimbun sehingga harga meroket, demi meraih keuntungan pribadi meskipun mencekik leher masyarakat. Dalam hal ini Rasulullah SAW mengingatkan kita “Barangsiapa yang menimbun makanan empat puluh hari, maka lepaslah Allah darinya, dan dirinya lepas dari jaminan Allah”. #BalanceLifeTraining ... @akhirudindc