KEJUJURAN YANG SEIMBANG
1.
Jujur kepada diri sendiri
Kejujuran
adalah lawan kata dari kebohongan. Dan orang orang yang berbohong adalah orang
yang menipu dirinya sendiri, menipu Allah dan menipu masyarakat luas. Orang
yang tidak jujur karena ia tampil sebagai seorang yang berjiwa pengecut atau
moral cowardice, yang kehilangan keperibadiannya untuk menutupi
kelemahan-kelemahan dirinya (weakness recovery). Islam sebagai suatu
agama pada dasarnya mengajarkan pemeluknya untuk jujur. Sholat misalnya, salah
satu dimensi moral yang dilahirkannya adalah kejujuran. Kita tidak pernah
mendengar ada orang yang menipu jumlah rakaat dalam sholatnya, biarpun ia
sholat sendirian.
Orang tidak
akan pernah jujur selama ia tidak memiliki makna hidup yang sebenarnya, yaitu
berpihak kepada kebenaran. Jujur kepada diri sendiri berarti memulai dengan
sikap disiplin, taat dan mengakui batas kemampuan yang dimiliki serta menyadari
kelemahan dirinya. Orang yang jujur pada dirinya sendiri adalah orang yang
mampu mengendalikan dirinya untuk tidak melaksanakan kehendak apabila
keinginannya tidak sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Dia tidak
akan melakukan suatu kepalsuan atau kebohongan hanya karena untuk gengsi dan
prestise. Kejujuran baginya adalah kebenaran dirinya untuk berkonfrontasi
dengan dorongan nafsu ammarah yang bertentangan dengan nilai-nilai ilahiyah dalam
qolbunya.
Ia akan
membeli gelar dengan gelar palsu, karena masyarakat memandang gelar adalah
suatu kehormatan. Ia sangat bangga dan merasa terpandang dengan jabatan,
padahal dirinya tidak mencerminkan tauladan, keputusannya pun tidak memberikan
solusi, bahkan tidak mencerminkan kearifan.
2. Jujur kepada orang lain
Sikap jujur/tulus
kepada orang lain, berarti prihatin melihat penderitaan mereka. Karena seorang
shodiq memiliki empati yang kuat dan sikap melayani (sense of stewardship).
Sikap melayani juga sama halnya dengan sikap menghubungkan silaturrahim yang
intinya berbuat untuk suatu kebaikan. Dalam ajaran Islam orang yang menjalankan
silaturrahim memiliki dua nilai, yaitu diluaskan Allah rezkinya dan dipanjangkan
(diberkahi) Allah umurnya (hadis muttafaqun 'alaih dari Anas bin Malik ra).
Dalam
hubungannya dengan pekerjaan, orang yang jujur akan melahirkan pekerjaan yang
energik penuh antusias dan optimisme. Orang yang jujur kepada orang lain adalah
orang yang melaksanakan tugas-tugasnya tidak merasa terhambat oleh berbagai
kebohongan dilingkungannya yang akan merusak dirinya. Karena mereka menyadari
bahwa dalam setiap kebohongan akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan lainnya.
Para psikolog membuktikan bahwa kebohongan akan melahirkan penyakit mental,
yaitu timbul rasa takut, stress dan merasa dikejar-kejar oleh kebohongan yang
dilakukannya yang pada gilirannya akan membawa kepada penyakit psikis yang
berakibat terganggunya hubungan antar keluarga, kawan sejawat bahkan
masyarakatnya.
Dalam Islam
sikap shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah, adalah
sikap yang diajarkan Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang dicontohkannya dalam
prilaku kehidupan beliau sehari-hari sehingga beliau sangat dikagumi, dicintai,
dihormati oleh sahabat-sahabat nya maupun lawan-lawannya. Jika seorang pemikir
mengatakan 'aku ada karena aku berfikir', maka orang jujur akan mengatakan, '
aku ada karena aku bersama orang lain untuk menegakkan kebenaran dan kejujuran.
Jujur kepada orang lain adalah suatu sikap kerinduan untuk memberi
manfaat/kontribusi baik material maupun immaterial, sebagaimana ditamsilkan Allah
dalam surah Ibrahim/14 ayat 24-25,
Artinya:
Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (Termasuk dalam kalimat
yang baik ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan
dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti
laa ilaa ha illallaah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat.
Dan hadis
shohih Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan, 'khoirukum anfauhum linnas'.
Sebaik-baik kamu adalah orang yang memberikan manfaat/kontribusi kepada
manusia. Bagaikan air suci yang mensucikan, ia tidak hanya ingin memurnikan
dirinya sendiri, tetapi ada semacam sacred mission/misi suci untuk mengajak
orang lain berbuat benar dan jujur sebagai rasa tanggungjawabnya untuk melangkah
menapaki jalan-jalan Allah.
3. Jujur kepada Allah
Jujur kepada
Allah, berarti berbuat dan memberikan segala sesuatu baik dalam ibadah dan
bermuamalah karena dan untuk Allah sebagaimana firman-Nya, "Tidaklah aku
ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku". Demikian juga
dalam surah yang lain al-An'am/6: 162:
Artinya:
Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.
Jujur kepada
Allah juga adalah menyangkut hati nurani. Orang yang jujur kepada Allah, bahwa
ia merasakan dirinya senantiasa dilihat oleh Allah. Nabi Muhammad Rasulullah
SAW mengingatkan kepada kita dalam beribadah kepada Allah hendaknya kita
seolah-olah melihat Allah, jikapun kita tidak dapat melihatNya, niscaya Allah
melihat kita. Bagi orang yang jujur kepada Allah, batinnya merasakan kehadiran
Allah dalam dirinya, sehingga tidak akan pernah terlintas dalam pikiran dan
qolbunya untuk berbohong. Karena berbohong bagi mereka merupakan pengingkaran
yang amat nyata terhadap keimanannya.
Artinya:
Sesungguhnya orang yang
mengadakan kebohongan hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat
Allah dan mereka itu adalah orang-orang pendusta (QS. al-Nahl/16: 105).
Orang yang
jujur kepada Allah maka ia akan aplikasikan segala perbuatannya dengan benar
dan baik semata-mata karena Allah sebagai konsekwensi dari perkataannya ketika
mengucapkan 'inni wajjahtu wajhia lilladzi fatarossamawati wal ardh...'
aku hadapkan wajahku kepada Yang Menciptakan langit dan bumi. Orang yang jujur
kepada Allah ia tidak akan meminta bantuan dan pertolongan kepada makhluk dalam
memenuhi hajat hidupnya.
Ucapan
'iyyakana'budu wa iyya kanasta'in, ihdinash shiratol mustaqim' ia hunjamkan
dalam-dalam ke lubuk hatinya, sehingga pernyataan kalam Ilahi itu merupakan
komitmen yang secara terus menerus diperjuangkannya agar tidak keluar atau
menyimpang dari koridor yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
Dengan
demikian, amanah (terpercaya dan jujur) yang disimbolkan dengan jari
tangan jempol. Acungan jempol menurut masyarakat kita selalu diarahkan bagi
mereka yang memiliki sifat jujur ini, bukan karena kedudukannya, bukan pula
karena hartanya.
Dengan membudayanya sikap jujur, hidup kita
menjadi bermartabat. Jujur itu hendaknya bukan hanya wacana, tetapi diwujudkan dalam
perbuatan nyata. Dengan sikap ini penyalahgunaan formalin, boraks, MSG (mono
sodium glumat) dan zat pewarna lainnya, yang dapat menimbulkan dampak kumulatif
yang berbahaya bagi kesehatan tidak perlu terjadi. Para pedagang dan pengusaha
perlu memperlihatkan sifat al-tajirul amin (pengusaha, pedagang yang
amanah), dalam berbagai situasi termasuk tidak menampakkan aji mumpung,
sehingga sewa rumah dengan tiba-tiba melambung manakala permintaan menjadi
meningkat, begitu juga jenis barang dan jasa lainnya. Harga-harga barang
menanjak naik manakala menghadapi momen-momen penting seperti tahun baru, hari
raya, kenaikan BBM dan gaji. Harga hewan sembelihan qurban luar biasa meningkat
hampir dua kali lipat menjelang lebaran haji, karena permintaan meningkat dan
supply terbatas. Bahkan pada momen-momen tertentu, ada pula yang menimbun
sehingga harga meroket, demi meraih keuntungan pribadi meskipun mencekik leher
masyarakat. Dalam hal ini Rasulullah SAW mengingatkan kita “Barangsiapa yang
menimbun makanan empat puluh hari, maka lepaslah Allah darinya, dan dirinya
lepas dari jaminan Allah”. #BalanceLifeTraining ... @akhirudindc