Idul Fitri = Hari Raya Anak Yatim
Pada suatu pagi Idul Fitri, Rasulallah sedang berjalan menuju tempat shalat idul fitri. Rasulullah melewati sekumpulan anak-anak sedang bermain dengan ceria dan gembira, mereka memakai baju yang baru. Namun, tiba-tiba Rasulullah menghentikan langkahnya ketika melihat seorang anak laki-laki duduk dan tidak ikut bermain, mukanya murung dan tidak ceria seperti teman-temannya.
Kemudian Rasulullah menghampiri anak tersebut dan bertanya apa penyebab dia tidak bermain dengan teman-temannya dan tidak ceriah.
Rasulullah : wahai anak, mengaapa engkau tidak ikut bermain dengan teman-temanmu?
Anak : Aku malu, karena teman-temanku semuanya memakai baju yang baru, sedangkan aku tidak punya baju yang baru.
Rasulullah : apakah engkau tidak dibelikan baju baru oleh orang tuanmu
Anak : setiap tahun ayahku selalu memberikan aku baju yang baru, namun sekarang ayahku sudah tidak ada, dia gugur di medan perang
mendengar ucapan anak tersebut Rasulullah menyadari ternyata anak tersebut merupakan anak sahabat nabi yang syahid di medan perang.
Rasulullah : wahai anakku, maukah engkau menjadikan aku ayahmu dan Fatimah sebagai saudaramu?
Nak itu sangat gembira dengan tawaran Rasulullah, karena dia menyadari ternyata orang yang dihadapannya adalah Rasulullah SAW.
Kemudian Rasulullah mengajak anak tersebut kembali ke rumah, diberikan baju yang baru dan makanan yang enak.
Sahabat....
Terkadang di hari yang bahagia dan istimewa seperti hari raya kita sibuk menjamu tamu-tamu, teman-teman, saudara-saudara kita, sehingga melupakan para anak yatim yang mereka sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita. karena di hari seperti itu (hari raya) dimana saat-saat anak membutuhkan kasih sayang orang tua.
semoga kita bisa selalu berbagi dengan kasih sayang yang tak pernah habis....
Salam
@akhirudindc
TRAINER HEBAT
TRAINER HEBAT
Jumat, 25 Juli 2014
Selasa, 08 Juli 2014
CARA BERPIKIR SEORANG PEMIMPIN
CARA
BERPIKIR SEORANG PEMIMPIN
Teladan
Sepanjang Zaman; Prinsip Cara Berpikir Seorang Pemimpin Bernama Nabi Muhammad
SAW
Seorang pemimpin dinilai
bagaimana dia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Salah satu
yang terpenting adalah kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dan
membuat kebijakan, efektifitas sebuah kebijakan dan bagaimana dampak atas
kebijakan tersebut.
Sebuah keputusan lahir dari
sebuah proses berpikir. Bermula dari cara pandang seseorang dalam menilai
sesuatu yang kemudian berpengaruh terhadap cara berpikirnya. Cara berpikir
yang dilandasi cara pandang tadi akan menjadi penentu, tepat atau tidaknya
keputusan seorang pemimpin dalam mengambil kebijakan.
Kebijakan seorang pemimpin
seringkali berpengaruh terhadap banyak orang dan ruang lingkup serta waktu yang
lebih luas. Kesalahan dalam mengambil sebuah keputusan dalam memilih
sebuah kebijakan akan berujung pada kegagalan suatu program atau bahkan
kehancuran sebuah negara dan bangsa.
Bagaimana
cara Nabi Muhammad saw berpikir?
Sebagian besar dari kita
pernah mendengar tentang kepemimpinan seorang Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun beliau sanggup mengangkat
derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliah yang diliputi kebodohan dan
keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di
dunia. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya merasakan
kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang pemimpin bernama
Muhammad.
Cara berpikir Muhammad saw
yang lurus terlahir dari cara pandangnya yang juga lurus terhadap hidup dan
kehidupan ini. Cara berpikir yang lurus tadi menghasilkan sebuah keputusan
yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak.
Inilah cara berpikir Nabi Muhammad
saw tersebut :
Beliau
menomorsatukan fungsi sebagai landasan dalam memilih orang atau sesuatu, bukan
penampilan atau faktor-faktor luar lainnya
Keempat sahabat yang
dikenal sangat dekat dengan Beliau, yakni Abu Bakar Assidiq, Umar ibnu Khattab,
Ustman ibnu Affan dan Ali ibnu Abi Tholib adalah gambaran jelas kemampuan
Muhammad saw dalam melihat fungsi. Keempat sahabat tersebut memiliki
fungsi sendiri-sendiri dalam era kepemimpinan Muhammad saw, yaitu :
Abu Bakar Assidiq yang bersifat percaya sepenuhnya kepada Muhammad saw,
adalah sahabat utama. Ini bermakna kepercayaan dari orang lain adalah
modal utama seorang pemimpin.
Umar ibnu Khattab bersifat kuat, berani dan tidak kenal takut dalam
menegakkan kebenaran. Ini bermakna kekuasaan akan efektif apabila
ditunjang oleh semangat pembelaan terhadap kebenaran dengan penuh keberanian
dan ditunjang kekuatan yang memadai.
Ustman ibnu Affan adalah seorang pedagang kaya raya yang rela
menafkahkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan Muhammad
saw. Faktor ketiga yang tidak kalah penting adalah pendanaan. Sebuah
kepemimpinan akan lebih lancar apabila ditunjang kondisi ekonomi yang baik dan
keuangan yang lancar. Dan juga dibutuhkan pengorbanan yang tulus dari
pemimpinnya demi kepentingan orang banyak.
Ali ibnu Abi Thalib adalah seorang pemuda yang berani dan tegas, penuh
ide kreatif, rela berkorban dan lebih suka bekerja dari pada
bicara. Kepemimpinan akan menjadi semakin kuat karena ada
regenerasi. Tidak ada pemimpin yang berkuasa selamanya, dia perlu menyiapkan
penerus agar rencana-rencana yang belum terlaksana bisa dilanjutkan oleh
generasi berikutnya.
Nabi
Muhammad saw mengutamakan segi kemanfaatan daripada kesia-siaan
Tidak ada perkataan,
perbuatan bahkan diamnya seorang Muhammad yang menjadi sia-sia dan tidak bermakna. Pilihan
terhadap kurma, madu, susu kambing dan air putih sebagai makanan yang
bermanfaat untuk tubuh adalah salah satu contohnya. Bagaimana sukanya
Muhammad terhadap orang yang bekerja keras dan memberikan manfaat terhadap
orang banyak dan kebencian beliau terhadap orang yang menyusahkan dan merugikan
orang lain adalah contoh yang lain.
Nabi
Muhammad saw mendahulukan yang lebih mendesak daripada yang bisa ditunda
Ketika ada yang bertanya
kepadanya, mana yang harus dipilih apakah menyelamatkan seorang anak yang
sedang menghadapi bahaya atau meneruskan shalat, maka beliau menyuruh untuk
membatalkan shalat dan menyelamatkan anak yang sedang menghadapi bahaya.
Nabi
Muhammad saw lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri
Ketika datang wahyu untuk
melakukan hijrah dari kota Makkah ke Madinah, Muhammad Saw baru berangkat ke
Madinah setelah semua kaum Muslimin Makkah berangkat terlebih
dulu. Padahal saat itu beliau terancam akan dibunuh, namun tetap
mengutamakan keselamatan kaumnya yang lebih lemah.
Ketika etnik Yahudi yang
berada di dalam kekuasaan kaum Muslimin meminta perlindungan kepadanya dari
gangguan orang Islam di Madinah, beliau sampai mengeluarkan pernyataan : Bahwa
barang siapa yang mengganggu dan menyakiti orang-orang Yahudi yang meminta
perlindungan kepadanya, maka sama dengan menyatakan perang kepada Allah dan
Rasulnya. Padahal tindakan demikian bisa menjatuhkan kredibilitas Beliau
di mata kelompok-kelompok etnik Arab yang sudah lama memusuhi etnik Yahudi.
Nabi
Muhammad saw memilih jalan yang tersukar untuk dirinya dan termudah untuk
umatnya
Apabila ada orang yang
lebih memilih mempersulit diri sendiri dari pada mempersulit orang lain, maka
dia adalah para Nabi dan Rasul. Begitu pun dengan Muhammad
saw. Ketika orang lain disuruh mencari jalan yang termudah dalam beragama,
maka Beliau memilih untuk mengurangi tidur, makan dan shalat sampai bengkak
kakinya.
Ketika dia menyampaikan
perintah Allah Swt kepada umat untuk mengeluarkan zakat hartanya hanya sebesar
2,5 bagian saja dari harta mereka, dia bahkan menyerahkan seluruh hartanya
untuk perjuangan dan tidak menyisakan untuknya dan keluarganya, kecuali rumah
yang menempel di samping mesjid, satu dua potong pakaian dan beberapa butir
kurma atau sepotong roti kering untuk sarapan. Sampai-sampai tidurnya
hanya di atas pelepah korma.
Seperti pernah dia bertanya
kepada Aisyah ra. Istrinya apakah hari itu ada sepotong roti kering atau sebiji
korma untuk dimakan. Ketika istrinya berkata bahwa tidak ada semua itu,
maka Muhammad Saw mengambil batu dan mengganjalkannya ke perut untuk menahan
lapar.
Nabi
Muhammad saw lebih mendahulukan tujuan akhirat daripada maksud duniawi
Para Nabi dan Rasul adalah
orang-orang terpilih sekaligus contoh teladan bagi kita. Muhammad Saw
menunjukkan bahwa jalan akhirat itu lebih utama daripada kenikmatan dunia
dengan seluruh isinya ini. Karena pandangannya yang selalu melihat akhirat
sebagai tujuan, maka tidak ada yang sanggup menggoyahkan keyakinannya untuk
menegakkan kebenaran.
“Seandainya kalian letakkan
matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, maka aku tidak akan
berhenti dalam menyampaikan risalah ini.” Demikian Muhammad Saw berkata
kepada para pemimpin Quraisy yang mencoba menyuap Muhammad Saw dengan harta
benda, menjanjikan kedudukan tertinggi di kalangan suku-suku Arab dan juga
menyediakan wanita-wanita cantik asalkan Muhammad Saw mau menghentikan
dakwahnya di kalangan mereka. @akhirudindc
Langganan:
Postingan (Atom)