TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Sabtu, 31 Agustus 2013

APA ITU KESEIMBANGAN HIDUP ?



APA ITU KESEIMBANGAN HIDUP ?
Follow @akhirudindc / @BalanceLife5

Pada dasarnya, manusia dalam hidupnya selalu dan terus berusaha untuk memperkuat diri dan jiwanya. Memperkokoh setiap dimensi kehidupan yang memungkinkan untuk dijangkaunya. Manusia dari waktu ke waktu mengalami pertumbuhan eksistensinya. Ia mempunyai kemampuan untuk mencari makna dalam setiap perbuatan dalam hidupnya, sekecil apapun perbuatan tersebut. 

Manusia juga sangat berpotensi selalu terdorong untuk terus berkembang dan terus meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya. Menurut pemikiran humanistic (kemanusiaan) manyatakan bahwa “the cultivation of man, his self cultivation and self-unfolding into full humanity”, yang berarti bahwa pengembangan manusia, yakni pengembangan dirinya sendiri dan pengembanga diri kearah kemanusiaan yang penuh. Akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah sikap ekstrim atau berlebihan yang ditimbulkan dari pergulatan pemikiran manusia, karena setiap sesuatu yang berlebihan juga selalu memiliki titik kelemahan, begitu juga dengan sikap yang terlalu meremehkan. Untuk itu diperlukan adanya sikap seimbang atau pertengahan dalam setiap perbuatan di kehidupan kita sehari-hari.  

Dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan hidupnya, dan mendorongnya untuk terus berkembang dan terus meningkatkan kualitas diri dalam kehidupannya. Sebuah neraca akan dikatakan dalam posisi seimbang jika kedua sisi atau tuasnya memiliki muatan barat yang sama. Sebagai contoh dalam kehidupan ekonomi sebuah keluarga akan dikatakan seimbang dan harmonis jika antara pemasukan dan pengeluaran berjalan secara seimbang.

Jumat, 30 Agustus 2013

HIDUP SEIMBANG @BalanceLife5

Tip Keseimbangan Kerja dan Hidup

Pernahkah Anda merasa pekerjaan keseimbangan hidup Anda benar-benar rusak? Hal ini penting untuk menemukan keseimbangan ini jika Anda benar-benar ingin hidup dengan baik. Anda mungkin merasa hebat tentang satu aspek dari kehidupan Anda, tetapi buruk tentang orang lain. Anda mungkin salah satu yang beruntung yang benar-benar memiliki semuanya, tapi sayangnya masih merasa ada sesuatu yang hilang.

Anda mungkin merasa seperti bola semua di udara, antara pasangan Anda, anak-anak, pekerjaan, kesehatan, dll Jika Anda tidak hati-hati, beberapa bola akan turun. Masyarakat kita sangat berfokus pada keberhasilan di beberapa daerah, sementara mengabaikan pentingnya orang lain. Hal ini umum untuk karir Anda untuk menjadi identitas Anda. Terlepas dari bagaimana sukses secara finansial budaya ini, tampaknya tidak menjadi salah satu yang sangat bahagia pada umumnya. Hal ini biasa untuk melihat orang-orang beralih ke obat-obatan, terapi, dan bahkan rehabs untuk menghadapi kehidupan.

Daerah yang biasanya harus diperbaiki adalah pekerjaan keseimbangan hidup Anda. Terlepas dari karir Anda, kemungkinan memakan bagian utama dalam kehidupan Anda. Hal ini sangat mudah untuk ini untuk mengambil alih sepenuhnya. Anda tidak ingin fokus pada pekerjaan berakhir mengganggu Anda dari bagian-bagian penting lain dari kehidupan Anda. Bahkan jika pekerjaan Anda benar-benar penting, benar-benar hanya melayani dua tujuan:
  • Keuangan yang berarti memberikan apa yang Anda benar-benar ingin (waktu dengan keluarga, kemampuan untuk melakukan perjalanan, pensiun, dll),
  • Hal ini dapat memberikan rasa tujuan, terutama jika Anda sedang melakukan sesuatu yang membuat Anda merasa dampak.

Anda harus tetap bekerja di tempat yang tepat. Ini bukan seluruh hidup Anda, kecuali Anda menikah dengan gereja. Anda dapat dengan mudah jatuh ke dalam kebiasaan fokus pada pekerjaan dan menempatkan kehidupan di tahan sampai Anda telah mencapai beberapa tujuan karir. Masalah dengan hal ini adalah selalu ada tujuan lain untuk mencapai.

Ketika Anda duduk di sini sekarang, Anda harus berkomitmen untuk memulai benar-benar hidup. Hal ini akan membutuhkan perubahan besar dalam kesadaran diri. Ini tidak datang dengan mudah dalam budaya kita. Kita minum, makan, toko dan bekerja lebih untuk menjaga diri kita dari segala bentuk kontemplasi. Anda mungkin takut apa yang mungkin Anda temukan ketika Anda melihat ke dalam diri sendiri.

Anda harus memiliki beberapa kesadaran akan kebutuhan batin Anda untuk mengembangkan keseimbangan hidup. Gunakan kompas internal Anda untuk memberitahu Anda ketika ikatan dengan pasangan Anda, anak-anak, atau diri Anda sendiri. Sangat mudah dalam masyarakat kita menjadi terputus. Hal ini penting, tetapi sering tidak nyaman, untuk terhubung dengan orang lain. Koneksi ini adalah bagian mendasar dari kebahagiaan.

Hubungan dengan diri sendiri mungkin yang paling penting dari semua. Anda mungkin sangat terputus untuk diri sendiri bahkan jika sebagian besar waktu Anda sendirian. Hal ini umum bagi Anda untuk ingin melakukan satu hal, tetapi memiliki otak Anda memberitahu Anda bahwa Anda ‘harus’ melakukan sesuatu yang lebih produktif. Jika Anda tidak melakukan apa yang ” harus” Anda lakukan, Anda akan menemukan diri Anda menderita dengan rasa bersalah.


Anda tidak akan menyadari betapa dipercaya sutradara internal Anda kecuali jika Anda dapat melepaskan Anda ‘keharusan’. Sampai Anda berhenti ‘shoulding’ seluruh diri Anda, Anda akan menemukan diri keluar dari keseimbangan kehidupan kerja.

follow @BalanceLife5 / @akhirudindc

Selasa, 20 Agustus 2013

LANDASAN AKHLAK BALANCE LIFE



LANDASAN AKHLAK BALANCE LIFE
Akhirudin DC, MA
@akhirudindc

Zuhud
Pengertian zuhud sendiri dalam Alquran dijelaskan dalam surat Al-Hadid ayat 23: "Supaya kau tidak berputus asa terhadap sesuatu yang telah hilang di hadapanmu dan tidak terlalu gembira terhadap karunia yang datang padamu".
Ada yang unik dari penjelasan Al-Ghazali dalam Ihya-nya: "Az-Zuhdu fi az-Zuhdi bin idhari diddihi" (zuhud dalam pengertian zuhud yang sebenarnya adalah menampakkan perbuatan yang seolah-olah bertentangan dengan zuhud itu sendiri). Beliau mengartikannya kesempatan seorang arif yang zuhud adalah meninggalkan keinginan syahwatnya karena Allah tetapi terkadang juga menampakkan dirinya mengikuti syahwatnya dengan tujuan menutupi derajat kesufiannya di mata masyarakat sehingga ia tidak terganggu dari penilaian mereka seperti dihormati, dipuji, dikultuskan, diagungkan atau dicela.
Dalam Islam, harta kejayaan bisa menjadi sesuatu yang terpuji bila digunakan untuk kemaslahatan dan kepentingan dunia dan agama, sehingga dalam Alquran, Allah sering menyebut harta dengan khair (kebaikan) dengan catatan banyak atau sedikitnya rezeki tidak ditentukan ketakwaan seseorang tetapi memang sudah ditentukan dalam catatan amal sebagaimana sabda Rasulullah SAW: "Rezeki telah dibagi dan dialokasikan sesuai bagian yang telah ditentukan. Ketakwaan seseorang tidak berarti menambah rezekinya dan kefasikan seseorang tidak pula berarti mengurangi rezekinya".
Seorang sufi ternama, Said bin Musayyab pernah berkata tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau mengumpulkan harta dari barang halal. Bahkan Sufyan al-Tsauri dengan tegas mengatakan, "harta di zaman sekarang adalah senjata ampuh bagi orang mukmin". Rasulullah SAW sendiri mengakui betapa pentingnya harta kekayaan sebagai penopang hidup manusia modern baik urusan dunia maupun agamanya sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh al-Tabrani : "Apabila akhir zaman datang maka penopang agama dan dunia seseorang adalah dirham dan dinar". Dari penjelasan di atas, jelaslah menanamkan pola hidup miskin di zaman modern sebagaimana yang diajarkan para sufi terdahulu merupakan konsep usang yang harus ditinggalkan dan sudah tidak cocok dengan era globalisasi sekarang.
Terbukti kini banyak para kiai, ulama dan mursyid tarekat yang nota bene pewaris para nabi mempunyai rumah mewah, kendaraan yang sangat mahal dan harta yang berlimpah. Sebuah pemandangan yang kontras dan jauh berbeda dengan gaya hidup panutannya, Rasulullah SAW.
Beliau menggoreskan sejarah hidupnya dengan hidup sederhana tetapi tidak berarti menyuruh atau menganjurkan hidup miskin, sebab kenyataannya banyak sahabat beliau yang kaya raya bahkan beliau mengawinkan dua putrinya kepada sahabat yang kaya raya, Ustman bin Affan.
Ketika beliau ditawari hidup kaya oleh Allah, beliau menjawab dengan dua alasan, pertama, beliau malu kepada para nabi dan rasul terdahulu karena mereka merasakan kepedihan luar biasa dalam menyampaikan Risalah Allah, tidak hanya lapar dan miskin tetapi juga cacian, siksaan dan cobaan yang datang silih berganti, toh mereka tetap sabar dan tabah.
Ketika beliau ditanya tentang kebiasaan seseorang yang berpakaian dan memakai perhiasan bagus beliau menjawab: Inna Allah jamilun yuhibbul jamal (Allah adalah Tuhan Yang Maha Indah dan menyukai keindahan). Jadi beliau juga memberi justifikasi kepada umatnya untuk hidup mewah asal tetap taat dan tidak lalai terhadap kewajiban Allah. Adapun kepada umatnya yang hidup miskin, beliau menghibur dan meyakinkan bahwa Allah akan memberi anugerah yang besar melebihi orang kaya kepada orang miskin di akhirat kelak asal sabar dan menerima.
Yang menarik, ada penjelasan dari seorang sufi besar Imam as-Syadzili yang selalu menganjurkan hidup "ngota" dan parlente, beliau menyarankan pada para sahabatnya, "Makanlah makanan yang paling lezat, minumlah minuman yang paling enak, berpakaianlah dengan pakaian yang paling mahal sebab bila seseorang telah melakukan itu semua dan berkata "Alhamdulillah", maka semua anggota badannya menjawab dan mengakui dengan bersyukur. Sebaliknya bila seseorang makan hanya gandum dengan garam, berpakaian lusuh, tidur di lantai, minum air tawar kemudian ia berkata, "Alhamdulillah", maka seluruh anggota badannya malah marah, bosan dan mencela pada orang yang mengatakan itu, sebab anggota badan tersebut merasa tidak diberi hak yang selayaknya, tidak sesuai antara pernyataan syukur dan kenyataannya. Seandainya ia bisa melihat langsung, tentunya ia akan melihat kebosanan dan kemarahannya. Tentunya ia memilih dosa karena membohongi anggota badannya, kalau begitu lebih baik orang yang menikmati kesenangan dunia dengan penuh keyakinan kepada Allah sebab pada hakikatnya orang yang menikmati kesenangan dunia adalah melakukan sesuatu yang diperbolehkan Allah dan barang siapa menimbulkan kebosanan dan kemarahan pada anggota badannya pada hakikatnya melakukan sesuatu yang diharamkan Allah".
Dari penjelasannya, beliau memberikan pembenaran dan pembelaan yang kuat bahwa seorang sufi boleh hidup mewah di dunia dengan catatan memakai pakaian yang mahal dengan niat menampakkan nikmat Allah bukan untuk memuaskan nafsunya. Juga makan dan minum yang lezat dengan niat agar seluruh anggota badannya dapat bersyukur dengan anugerah yang telah diberikannya.
Bahkan beliau tidak menghendaki seorang sufi yang miskin, kelemproh, lusuh, kumal, dekil dan kucel. Ini dibuktikan dalam sejarah, beliau selalu memakai pakaian yang mewah dan mahal, berkendaraan yang bagus dan berbagai fasilitas yang serba lux, sangat berbeda dengan gaya hidup para sufi pada umumnya. Toh beliau tetap mempunyai reputasi dan nama yang harum sebagai sufi agung, dijadikan panutan dan dikagumi hingga sekarang. Sebab kenyataannya beliau menggunakan fasilitas kemewahan dunia semata-mata untuk kepentingan ibadah kepada Allah dan untuk kepentingan umum umat Islam pada zamannya, sebuah ibadah sosial yang dianjurkan dalam Islam.
Imam al-Syadzili mengilustrasikan gaya hidup mewahnya dengan sebuah kisah. Pada suatu hari ada seeorang yang hendak bertemu Imam Abu Hasan Ali al-Syadzili di rumahnya. Karena belum tahu rumahnya, ia bertanya kepada orang lain, orang itu segera pergi ke tempat yang ditunjukkan, begitu sampai ke alamatnya, ia tidak jadi masuk ke rumah itu, karena ia mendapatkan sebuah bangunan rumah bagai istana raja yang sangat indah dan megah. Ia tidak percaya kalau itu rumah tempat tinggal imam yang dicarinya. Dalam hatinya ia yakin bahwa seorang wali tidak akan hidup semewah itu. Seorang wali adalah orang yang hidup sederhana dan pasti mengamalkan zuhud, yaitu sikap menjauhi dunia. Melihat kenyataan itu, ia segera pulang, tetapi di tengah jalan ia berjumpa dengan seorang pengendara kereta kuda yang mewah mempersilakan naik bersamanya. Dengan penuh rasa waswas akhirnya ia menerima tawaran orang tersebut. Dalam pembicaraan di atas kereta, diketahuilah bahwa pengendara kereta itu tidak lain Imam Abu Hasan as-Syadzili sendiri.
Ketika ia tahu siapa yang ditumpanginya, ia pun tidak berani menyembunyikan niatnya semula dan mengatakan bahwa sebenarnya ia baru saja pergi ke rumah beliau. Namun niat itu digagalkan karena tidak percaya bahwa rumah itu adalah rumah Sang Imam. Mendengar penuturan tersebut, Imam Abu Hasan kemudian memberikan sebuah gelas yang berisi minuman anggur pilihan. Ia sangat kagum karena selama hidupnya belum pernah melihat dan meminum anggur semacam itu. Rasa kagum itu membuatnya merasa takut kalau anggur itu tumpah atau gelasnya terlepas dari genggamannya. Apalagi kereta yang ia tumpangi sedang lari kencang mengelilingi kota. Seluruh perhatiannya tertuju pada gelas dan anggur sehingga ia tidak bisa menikmati indahnya perjalanan dan megahnya pemandangan kota sekelilingnya.
Setelah selesai mengelilingi kota, kereta beliau berhenti di halaman rumahnya tanpa disadari orang tersebut, ia terus saja memperhatikan anggurnya. Ia baru sadar setelah Sang Imam bertanya kepadanya: "Bagaimana perjalanan tadi, apakah kamu bisa menikmati keindahan kota ini?" Ia tidak bisa menjawab karena selama perjalanan memang tidak melihat apa-apa selain anggur yang ada di tangannya. Sebelum orang itu menjawab, Imam Syadzili melanjutkan kata-katanya, "Nah, antara kamu, keindahan kota dan anggur di tanganmu itu ibarat aku sendiri dengan hartaku dan Allah dalam batinku. Karena perhatianku hanya tertuju kepada Allah, aku tidak pernah peduli apakah kota ini indah atau tidak." Orang itu memahami apa yang dilihat dan didengarnya. Ia gembira karena mendapatkan pelajaran zuhud dari Sang Imam.

Pengertian zuhud yang sebenarnya ialah meninggalkan ketamakan dalam urusan keduniaan sehingga lupa ketaatan kepada Allah, serta lengah untuk mencari bekalan hidup di akhirat nanti, inilah pengertian bagi zuhud di dunia. 
Maka sesiapa yang mempunyai sifat zuhud ini, pasti dia akan dicintai oleh Allah dan seluruh manusia. 

Sabda Rasulullah SAW: Berlaku zuhudlah di dunia, pasti dicintai oleh Allah dan berlaku zuhudlah terhadap milik orang lain, pasti dicintai oleh sesama manusia.

Selain itu, hendaklah jangan timbul perasaan ingin memiliki sesuatu yang bukan kepunyaan diri kita, sehingga timbul hasrat ingin merebut atau merampas barang yang bukan hak kita. Inilah yang di artikan sebagai zuhud dengan apa yang ada pada manusia, kalau ini kita jadikan sebagai pegangan hidup kita, pasti tidak akan ada orang yang membenci pada diri kita dan kita akan dicintai oleh manusia yang lain.
Demikian lah zuhud dalam Islam, jika selain dari ini, maka ia bukan lah dari ajaran Islam, tetapi hanyalah ciptaan, atau di jiplak dari agama lain.  
Lihat lah sejarah Rasulullah s.a..w, beliau lah sezuhud- zuhud manusia di dunia ini, tetapi beliau bersabda :  
Badan mu itu wajib kamu penuhi haknya.
Artinya Rasulullah SAW menjalankan tanggunggungjawabnya  beribadah kepada Allah, Rasulullah juga adalah seorang  manusia, mengamalkan apa yang biasa di lakukan oleh manusia, Rasulullah juga makan dan minum, Rasulullah juga tidur, kahwin, beristirehat, bersenda gurau, berkumpul dengan keluarganya dan lain-lain lagi.
Pernah di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam suatu hadis, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada sahabat nya : 

Demi Allah, sesungguh nya aku ini adalah orang yang tertaqwa di antara kamu semua kepada Allah dan paling takut kepada Nya, tetapi aku juga berpuasa dan berbuka, aku juga bersembahyang (malam) tetapi juga tidur, juga aku kahwin dengan para wanita. Maka barangsiapa yang enggan pada cara perjalanan ku, maka ia bukanlah termasuk dalam golongan ku.

Maka jelas kepada kita, zuhud bukan lah bermaksud meninggalkan dunia secara total, cuma sekadar jangan keterlaluan dalam mengejar dunia sehingga melupakan akhirat. Ini konsep BALANCE LIFE

Minggu, 18 Agustus 2013

AKHLAK MULIA DALAM RUMAH TANGGA



AKHLAK MULIA DALAM RUMAH TANGGA
Oleh : Akhirudin DC, MA
 
ARTIKEL INI hendak memberikan gambaran kepada pembaca tentang indahnya rumah tangga seorang Muslim yang memerhatikan akhlak mulia dalam pergaulan suami istri, sebagaimana rumah tangga Rasulullah SAW. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yang bisa bersopan santun, berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumahnya, namun hal yang sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya. Ada orang yang bisa bersikap pemurah kepada orang lain, ringan tangan dalam membantu, suka memaafkan dan berlapang dada, namun giliran berhadapan dengan “orang rumah”, istri ataupun anaknya, sikap seperti itu tak tampak pada dirinya.
Menyinggung akhlak Rasulullah SAW kepada keluarganya maka hal ini tidak hanya berlaku kepada para suami, sehingga para istri merasa suami sajalah yang tertuntut untuk berakhlak mulia kepada istrinya. Sama sekali tidak dapat dipahami seperti itu. Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yang paling utama harus menunjukkan budi pekerti yang baik dalam rumah tangganya karena dia sebagai qawwam, sebagai pimpinan. Kemudian dia tertuntut untuk mendidik anak istrinya di atas kebaikan sebagai upaya menjaga mereka dari api neraka sebagaimana difirmankan Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)

Seorang istri pun harus memerhatikan perilakunya kepada sang suami, sebagai pemimpin hidupnya. Tak pantas ia “menyuguhi” suaminya ucapan yang kasar, sikap membangkang, membantah dan mengumpat. Tak semestinya ia tinggi hati terhadap suaminya, dari mana pun keturunannya, seberapa pun kekayaannya dan setinggi apa pun kedudukannya. Tak boleh pula ia melecehkan keluarga suaminya, menyakiti orang tua suami, menekan suami agar tidak memberikan nafkah kepada orang tua dan keluarganya.
Kenyataannya, banyak kita dapati istri yang berani kepada suaminya. Tak segan saling berbantah dengan suami, bahkan adu fisik. Ia tak merasa berdosa ketika membangkang pada perintah suami dan tidak menuruti kehendak suami. Ia merasa tenang-tenang saja ketika hak suami ia abaikan. Ia menganggap biasa perbuatan menyakiti mertua. Ia tekan suaminya agar tidak memberi infak pada keluarganya. Ia mengumpat, ia mencela, ia menyakiti… Istri yang seperti ini gambarannya jelas bukan istri yang berakhlak mulia dan bukanlah istri shalihah yang dinyatakan dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:

الدُّÙ†ْÙŠَا Ù…َتَاعٌ ÙˆَØ®َÙŠْرُ Ù…َتَاعِ الدُّÙ†ْÙŠَا الْÙ…َرْØ£َØ©ُ الصَّالِØ­َØ©ُ

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita/istri shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).

Dan bukan istri yang digambarkan Rasulullah SAW kepada ‘Umar ibnul Khaththab ra:

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan (harta yang disimpan) seorang lelaki, yaitu istri shalihah, yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga harta dan keluarganya.” (HR. Abu Dawud. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu menshahihkannya di atas syarat Muslim dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/57)

Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memandang perlu memberi kabar gembira kepada para sahabatnya tentang perbendaharaan harta mereka yang terbaik, di mana harta ini lebih baik dan lebih kekal yaitu istri yang shalihah, yang cantik lahir batin. Karena istri yang seperti ini akan selalu menyertai suaminya. Bila dipandang suaminya, ia akan menyenangkannya. Ia tunaikan kebutuhan suaminya bila suami membutuhkannya. Ia dapat diajak bermusyawarah dalam perkara suaminya dan ia akan menjaga rahasia suaminya. Bantuannya kepada suami selalu diberikan, ia menaati perintah suami. Bila suami sedang bepergian meninggalkan rumah, ia akan menjaga dirinya, harta suaminya, dan anak-anaknya. (‘Aunul Ma’bud, 5/57)
Oleh karena itu, wahai para istri, perhatikanlah akhlak kepada suami dan kerabatnya. Ketahuilah, akhlak yang baik itu berat dalam timbangan nanti di hari penghisaban dan akan memasukkan pemiliknya ke dalam surga, sebagaimana dikabarkan dalam hadits berikut ini. Abud Darda` mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin kelak di hari kiamat daripada budi pekerti yang baik. Dan sungguh Allah membenci orang yang suka berkata keji, berucap kotor/jelek.” (HR. At-Tirmidzi no. 2002, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 876).

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

“Rasulullah ditanya tentang perkara apa yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga. Beliau menjawab, ‘Takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik. ’Ketika ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, beliau jawab, ‘Mulut dan kemaluan’.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 289, At-Tirmidzi no. 2004, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Adabil Mufrad).

Bagi para suami hendaknya pula memerhatikan pergaulan dengan istrinya karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284).

@akhirudindc