AKHIRUDIN DC, MA
Trainer & Dosen
Konsultan pembentukan karakter,
motivasi dan kepemimpinan
LEADERSHIP IS ……
INFLUENCE
Pemimpin dan
kepemimpinan adalah fitrah kemanusiaan, sejak manusia ada, maka pada saat itu
pemimpin dan kepemimpinan juga telah ada. Pemimpin dan kepemimpinan adalah
recognisi (pengakuan), baik pengakuan formal maupun informal, baik sifatnya
tunggal (diri sendiri) maupun jamak (banyak).
Telah banyak definisi
tentang pemimpin dan kepemimpinan dan dari sekian banyak definisi, semua menarik
benang merah yang sama yaitu pemimpin adalah sosok sedangkan kepemimpinan
adalah nilai. Pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan adalah sosok yang mampu menerjemahkan dan
mengejawantahkan nilai-nilai spiritual dan motivasi dalam sebuah sistem formal
maupun informal. Sehingga kebermaknaan akan terasa oleh sistem tersebut.
Pemimpin adalah
potensi yang dimiliki oleh seseorang, baik didapatkan melalui jenjang
struktural formal, jenjang kultural informal, maupun jenjang fungsional formal
dan informal. Sedangkan kepemimpinan adalah sebuah proses yang terbentuk dan
terilhami oleh nilai yang diyakini akan membawa kemaslahatan dan kebenaran di
muka bumi.
Dalam Al Qur'an
sendiri Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk berlaku adil dan
menghormati hak azasi sesamanya, hal ini dapat kita lihat dalam Surat Al Maidah
ayat 8 :
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Pemimpin adalah
sebuah pengakuan. Sebab manusia adalah khalifatun fil ardhi (pemimpin di muka
bumi). Artinya, manusia mempunyai kesempurnaan dibanding makhluk-makhluk lain
yang ada di muka bumi. Ini karena manusia memiliki akal, hati, perasaan,
kecerdasan, jiwa, motivasi dan spiritulitas. Dari kesempurnaan ini sehingga
manusia layak dikatakan pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri.
Ada juga yang
mengatakan ada tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang
melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional
yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah
HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant
HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).
Hati Yang Melayani
(Karakter Kepemimpinan). Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri
kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan
karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar
untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan
integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas
sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan
nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,
yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka
yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi
maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal
ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti
ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita
temui di republik ini. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk
membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak
pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John
Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang
pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di
sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada
potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi
atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi
atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat. Pemimpin yang melayani
memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud
dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari
mereka yang dipimpinnya. Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang
melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah
berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan,
pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada
setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang
melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan,
impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan
kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan
maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati
selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan). Seorang
pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi
juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin
yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama,
yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin
formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda
kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin
yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela,
Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi
pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal
ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk
mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena
hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu
seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar
memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau
personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan
berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa
kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga
melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan
sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya
proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi
berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Bahkan dikatakan
bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang
jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi.
Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi
yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana
adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju
suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama
sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh
dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa
bertahan sampai beberapa generasi.
Seorang pemimpin yang
efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap
terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang
dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari
setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi
orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki
kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam
menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana
kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari
(monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
Tangan Yang Melayani
(Perilaku Kepemimpinan). Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter
dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia
harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken
Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pemimpin tidak hanya
sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki
kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku
yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan
Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus
pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya
kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak.
Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani
sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan
penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati
senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan,
kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari
senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani
Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture
(membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan
yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan
situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut
Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan
spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu
penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan
bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak
kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka
biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima
kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh
visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi,
dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang
lain. @akhirudindc