TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Selasa, 24 Maret 2015

SUSKES SEJATI DENGAN NILAI-NILAI SHALAT

SUSKES SEJATI DENGAN NILAI-NILAI SHALAT


Sebuah ungkapan dari Napoleon Hill seorang Pakar Kesuksesan mengatakan bahwa penemuan terbesar abad ini adalah Manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya. Artinya kehidupan manusia akan berubah menjadi lebih baik ketika dia mengubah sikapnya menjadi sikap yang lebih baik.  

Shalat adalah sarana untuk memperbaiki sikap manusia agar menjadi lebih disiplin, lebih tenang dan terkendali, mencintai kebersamaan, dan senantiasa ingat kepada Allah swt. Pribadi yang tenang, disiplin, teratur, mampu bekerjasama dengan orang lain serta selalu merasa dekat dengan Allah swt adalah ciri-ciri pribadi yang akan meraih kesuksesan didunia ini dan akan terhindar dari prilaku yang buruk dan merugikan.  
@akhirudindc

Kamis, 19 Maret 2015

LEADERSHIP IS …… INFLUENCE

AKHIRUDIN DC, MA
Trainer & Dosen
Konsultan pembentukan karakter, motivasi dan kepemimpinan

LEADERSHIP IS ……
INFLUENCE

Pemimpin dan kepemimpinan adalah fitrah kemanusiaan, sejak manusia ada, maka pada saat itu pemimpin dan kepemimpinan juga telah ada. Pemimpin dan kepemimpinan adalah recognisi (pengakuan), baik pengakuan formal maupun informal, baik sifatnya tunggal (diri sendiri) maupun jamak (banyak).
Telah banyak definisi tentang pemimpin dan kepemimpinan dan dari sekian banyak definisi, semua menarik benang merah yang sama yaitu pemimpin adalah sosok sedangkan kepemimpinan adalah nilai. Pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan adalah sosok yang mampu menerjemahkan dan mengejawantahkan nilai-nilai spiritual dan motivasi dalam sebuah sistem formal maupun informal. Sehingga kebermaknaan akan terasa oleh sistem tersebut.
Pemimpin adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang, baik didapatkan melalui jenjang struktural formal, jenjang kultural informal, maupun jenjang fungsional formal dan informal. Sedangkan kepemimpinan adalah sebuah proses yang terbentuk dan terilhami oleh nilai yang diyakini akan membawa kemaslahatan dan kebenaran di muka bumi.
Dalam Al Qur'an sendiri Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk berlaku adil dan menghormati hak azasi sesamanya, hal ini dapat kita lihat dalam Surat Al Maidah ayat 8 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Pemimpin adalah sebuah pengakuan. Sebab manusia adalah khalifatun fil ardhi (pemimpin di muka bumi). Artinya, manusia mempunyai kesempurnaan dibanding makhluk-makhluk lain yang ada di muka bumi. Ini karena manusia memiliki akal, hati, perasaan, kecerdasan, jiwa, motivasi dan spiritulitas. Dari kesempurnaan ini sehingga manusia layak dikatakan pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri.
Ada juga yang mengatakan ada tiga orang karakter yang mewakili tiga aspek kepemimpinan yang melayani, yaitu seorang pendeta, seorang professor, dan seorang profesional yang sangat berhasil di dunia bisnis. Tiga aspek kepemimpinan tersebut adalah HATI yang melayani (servant HEART), KEPALA atau pikiran yang melayani (servant HEAD), dan TANGAN yang melayani (servant HANDS).
Hati Yang Melayani (Karakter Kepemimpinan). Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani, yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini. Seorang pemimpin sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat. Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya. Ciri keempat seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpinnya.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikan ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat. Seorang pemimpin sejati selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan tidak mudah emosi.
 Kepala Yang Melayani (Metoda Kepemimpinan). Seorang pemimpin sejati tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tetapi juga harus memiliki serangkaian metoda kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas dari aspek yang pertama, yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pemimpin formal, justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metoda kepemimpinan yang baik. Contoh adalah para pemimpin karismatik ataupun pemimpin yang menjadi simbol perjuangan rakyat, seperti Corazon Aquino, Nelson Mandela, Abdurrahman Wahid, bahkan mungkin Mahatma Gandhi, dan masih banyak lagi menjadi pemimpin yang tidak efektif ketika menjabat secara formal menjadi presiden. Hal ini karena mereka tidak memiliki metoda kepemimpinan yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya.
Tidak banyak pemimpin yang memiliki kemampuan metoda kepemimpinan ini. Karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-sekolah formal. Oleh karena itu seringkali kami dalam berbagai kesempatan mendorong institusi formal agar memperhatikan ketrampilan seperti ini yang kami sebut dengan softskill atau personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught. Jelas dalam artikel tersebut dibahas bahwa kepemimpinan (dalam hal ini metoda kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang memiliki karakter
kepemimpinan. Ada tiga hal penting dalam metoda kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas.Visi ini merupakan sebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya proses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.
Bahkan dikatakan bahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jelas dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpinnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivalnya sehingga bisa bertahan sampai beberapa generasi.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang sangat responsive. Artinya dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan impian dari mereka yang dipimpinnya. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi organisasinya.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi orang-orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber daya, dan sebagainya), melakukan kegiatan sehari-hari (monitoring dan pengendalian), dan mengevaluasi kinerja dari anak buahnya.
Tangan Yang Melayani (Perilaku Kepemimpinan). Pemimpin sejati bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, serta memiliki kemampuan dalam metoda kepemimpinan, tetapi dia harus menunjukkan perilaku maupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard tersebut disebutkan ada empat perilaku seorang pemimpin, yaitu:
Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpinnya, tetapi sungguh-sungguh memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam perilaku yang sejalan dengan Firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Pemimpin sejati fokus pada hal-hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan duniawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal lebih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tetapi untuk melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata.
Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek, baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dan sebagainya.
Setiap hari senantiasi menselaraskan (recalibrating) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesama. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa) dan scripture (membaca Firman Tuhan).
Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang menurut kami sangat relevan dengan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menurut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligence, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership).
Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hendrick dan Kate Luderman, menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin yang berhasil membawa perusahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang tinggi. Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki integritas, terbuka, mampu menerima kritik, rendah hati, mampu memahami orang lain dengan baik, terinspirasi oleh visi, mengenal dirinya sendiri dengan baik, memiliki spiritualitas yang tinggi, dan selalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. @akhirudindc


Kamis, 05 Maret 2015

SUKSES UJIAN NASIONAL


SUKSES UJIAN NASIONAL


PENDAHULUAN
Sebuah ungkapan dari Napoleon Hill seorang Pakar Kesuksesan mengatakan bahwa penemuan terbesar abad ini adalah Manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikapnya. Artinya kehidupan manusia akan berubah menjadi lebih baik ketika dia mengubah sikapnya menjadi sikap yang lebih baik. 

Oleh karena itu, dalam menghadapai Ujian Nasional sikap mental menjadi sangat penting. Karena dengan kesiapan mental yang kuat maka saat melaksanakan Ujian Nasional, pelajar akan menghadapinya dengan tenang, percaya diri, dan tidak dalam kondisi yang takut atau stress.

MAKSUD DAN TUJUAN TRAINING
Hal yang mendasari diadakannya Training Motivasi Ujian Nasional yaitu mensinergikan hal teknis akademis, fisiologis, psikologis, menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga siswa siswi lebih siap, tenang, dan tanpa cemas dalam menyongsong Ujian Nasional.

CAKUPAN MATERI TRAINING
·         Membuka mindset siswa dalam menyikapi UN
·         Membangun mental bahwa ”Anything Is Possible if We Really Want to!”
·         Membuka pintu ketidakbisaan melalui simulasi fun game yang bermakna.
·         Mengenalkan kekuatan otak yang luar biasa (Brain Power)
·         Bagaimana agar otak berfungsi optimal saat UN
·         Mengenalkan Time Management yang baik menjelang UN

PESERTA
Kelas VI (SD/MI), Kelas IX (SMP/MTS), dan XII (SMA/SMK/MAN)

METODE
·         Materi : Change Our Mindset , Sukses UN dengan State Terbaik, Membuang Emosi Negatif, Memprogram Sukses UN.
·         Ice Breaking
·         Film Inspirasi
·         Visualisasi dan Doa
·         Self Awareness
·         Hypnosis-Hypnotherapy and NLP (Neuro-Lingusistic Programming)

DURASI
1 hari (08.00 – 16.30)
4 Jam
2 Jam
Trainer : Akhirudin DC, SSoSI, MA
Trainer & Consultant
Kepemimpinan, Pemasaran dan Motivasi

INFO :
085 710 561 167 (WA/SMS/Telp)
adc.trainingcenter@gmail.com

Minggu, 01 Maret 2015

Keseimbangan Dalam Diri Manusia



Keseimbangan Dalam Diri Manusia
Sebagai Makhluk Individu, dan Sosial
@akhirudindc

Perlunya menjaga keseimbangan kehidupan individu dan kehidupan sosial. Kelebihan (kekayaan) pada satu sisi dan kekurangan (kemiskinan) pada sisi lain memiliki hikmah tersendiri. Tentu saja hal ini tidak dimaksudkan untuk mempertahankan status quo. Bahwa ada masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan pada saat yang sama ada masyarakat yang hidup dalam kekurangan, adalah kenyataan dan realitas yang tak terbantahkan. Masalahnya justru bagaimana menjaga keseimbangan antara dua entitas ini.
Di sinilah kita dapat melihat pesan strategis zakat, infaq, sadaqah, dan institusi karitatif lainnya. Jika orang kaya ternggelam dalam kekayaannya dan tidak mau perduli dengan saudaranya yang hidup dalam kemiskinan, maka terjadilah disharmonisasi sosial. Si miskin akan melakukan pemberontakan dan penghancuran ketika di depan matanya dipertontonkan kemewahan, sementara mereka hidup dalam kemelaratan. Namun jika budaya filantropi berkembang dengan baik, maka si miskin akan merasa diperhatikan dan dilindungi oleh si kaya. Si miskin tidak perlu merasa iri dan dengki, karena ia juga memperoleh manfaat dari kelebihan harta orang berpunya.
Hikmah yang dapat diambil adalah, segala macam perbuatan yang kita lakukan di dalam hidup ini pasti memiliki implikasi yang sama atau seimbang dengan perbuatan yang kita kerjakan. Kebaikan apapun yang kita lakukan niscaya akan kembali kepada kita. Artinya, kebaikan akan melahirkan kebaikan baru. Kebaikan yang kita terima sesungguhnya adalah balasan dari Allah swt.
Menariknya akibat yang kita terima tidak saja berdimensi keakhiratan (eskatologis), tetapi juga berdimensi kekinian. Sangat dimungkinkan kita memperoleh kebaikan di dunia ini. Sebaliknya jika perbuatan buruk (maksiat) yang kita kerjakan, maka kita memperoleh keburukan itu sendiri, tidak saja diakhirat tetapi juga di dunia. Oleh sebab itu sejatinya manusia harus tetap berada dalam kondisi sadar ketika ingin melakukan sesuatu.
Pesan lain dari keserasian kata di dalam Al-Qur'an adalah perlunya bagi manusia untuk menjaga keseimbangan ketika sedang berinteraksi dan bertransaksi dengan pihak lain.  Contohnya dalam adab bertamu. Jika seseorang ingin bertamu, namun ahli bait (tuan rumah) tidak bersedia menerimanya, maka sang tamu harus menghormati keputusan ahli bait. Di dalam Islam jelas dinyatakan, setelah tiga kali mengucapkan salam, namun pintu belum terbuka, itu artinya ahli bait tidak menerima tamu. Maka sang tamu harus kembali dan tidak boleh memaksakan diri.
Seimbang berarti sama besar maupun kecilnya. Dalam agama Islam, keseimbangan dalam hidup merupakan cerminan dari sifat asmaul husna Allah berupa Al-Adl dan Al-Hakam. Hukum tak terbantahkan dari Dia yang Maha Adil dan Maha Memutuskan.
Konsep ini bisa terlihat dari firman-Nya kalau segala sesuatu diciptakan berpasangan, siang dan malam, laki-laki dan wanita, hidup dan mati, tua dan muda, hingga yang bersifat ruhaniah, seperti surga dan neraka, iblis dan malaikat, serta dosa dan pahala.
Melalui penciptaan dualitas ini pula Allah SWT merendahkan manusia dengan mentahbiskan dirinya sebagai sesuatu yang berbeda. Ia hanya satu, al-Ahad, yang berarti berbeda dengan sistem yang ia ciptakan. Suatu simbol kalau tidak ada makhluk, keadaan, maupun sifat makhluk lain yang dapat menandinginya.
Sepertinya hal ini patut menjadi peringatan bagi mereka yang hidup dan tunduk dalam sistem keseimbangan. Berarti satu perbuatan meskipun kecil wujudnya, dapat menuai akibat yang sangat besar apabila menggangu hukum alam yang mutlak. Akan terjadi suatu reaksi lanjutan sebagai konsekuensi perbuatan tersebut.
Kenyataan ini membuat saya merenung betapa hebatnya alam ini diciptakan. Keadilan itu konon bisa berjalan sempurna karena memang ada sistem yang mengaturnya. Sesuatu yang disebut “mekanisme bawah sadar” atau atau rumus segala kejadian. Sebuah program yang disediakan untuk mengatur kehidupan dengan sistematis.
Sistem ini terprogram rapi yang apabila terganggu bisa membawa dampak yang tak diduga. Contoh seperti proses pembelahan sel dalam tubuh. Apabila pembelahan sel itu terjadi lebih cepat dibanding kematiannya, dapat timbul penyakit berbahaya seperti kanker. Sementara bila proses kematian sel (apoptosis) berlangsung lebih cepat, maka tubuh manusia bisa kekurangan sel.
Demikian juga dengan sistem yang mengatur alam diluar sana. Gaya gravitasi contoh yang paling sederhana. Jika gaya gravitasi terlalu lemah, bumi akan terlempar ke angkasa luar. Sebaliknya jika gaya ini terlalu kuat, bumi akan tertarik ke dalam matahari dan musnah.
Tak bisa dipungkiri, semua fenomena alam yang terjadi sekarang bisa kita nikmati karena adilnya keseimbangan. Tuhan memang telah merencanakan, menciptakan, mengatur, dan menjaganya segalanya.
Inilah pameran kekuatan yang paling menakjubkan. Dibanding “sekedar” robot atau komputer yang paling canggih ciptaan makhluk, kenyataan semesta benar-benar mengentuti pemikiran manusia yang sombong.
Wajar didalam cerita Nabi Ibrahim AS (Abraham), sewaktu raja bernama Namrudz mengaku tuhan, sang pencipta alam cukup menghukumnya dengan nyamuk makhluk terlemah, yang memakan otaknya selama 3 hari 3 malam. Maha Kuasa Allah sebagai penjaga keseimbangan alam, serta Maha berkuasa atas segala yang Ia ciptakan. #TH