TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Minggu, 01 Maret 2015

Keseimbangan Dalam Diri Manusia



Keseimbangan Dalam Diri Manusia
Sebagai Makhluk Individu, dan Sosial
@akhirudindc

Perlunya menjaga keseimbangan kehidupan individu dan kehidupan sosial. Kelebihan (kekayaan) pada satu sisi dan kekurangan (kemiskinan) pada sisi lain memiliki hikmah tersendiri. Tentu saja hal ini tidak dimaksudkan untuk mempertahankan status quo. Bahwa ada masyarakat yang memiliki kelebihan harta dan pada saat yang sama ada masyarakat yang hidup dalam kekurangan, adalah kenyataan dan realitas yang tak terbantahkan. Masalahnya justru bagaimana menjaga keseimbangan antara dua entitas ini.
Di sinilah kita dapat melihat pesan strategis zakat, infaq, sadaqah, dan institusi karitatif lainnya. Jika orang kaya ternggelam dalam kekayaannya dan tidak mau perduli dengan saudaranya yang hidup dalam kemiskinan, maka terjadilah disharmonisasi sosial. Si miskin akan melakukan pemberontakan dan penghancuran ketika di depan matanya dipertontonkan kemewahan, sementara mereka hidup dalam kemelaratan. Namun jika budaya filantropi berkembang dengan baik, maka si miskin akan merasa diperhatikan dan dilindungi oleh si kaya. Si miskin tidak perlu merasa iri dan dengki, karena ia juga memperoleh manfaat dari kelebihan harta orang berpunya.
Hikmah yang dapat diambil adalah, segala macam perbuatan yang kita lakukan di dalam hidup ini pasti memiliki implikasi yang sama atau seimbang dengan perbuatan yang kita kerjakan. Kebaikan apapun yang kita lakukan niscaya akan kembali kepada kita. Artinya, kebaikan akan melahirkan kebaikan baru. Kebaikan yang kita terima sesungguhnya adalah balasan dari Allah swt.
Menariknya akibat yang kita terima tidak saja berdimensi keakhiratan (eskatologis), tetapi juga berdimensi kekinian. Sangat dimungkinkan kita memperoleh kebaikan di dunia ini. Sebaliknya jika perbuatan buruk (maksiat) yang kita kerjakan, maka kita memperoleh keburukan itu sendiri, tidak saja diakhirat tetapi juga di dunia. Oleh sebab itu sejatinya manusia harus tetap berada dalam kondisi sadar ketika ingin melakukan sesuatu.
Pesan lain dari keserasian kata di dalam Al-Qur'an adalah perlunya bagi manusia untuk menjaga keseimbangan ketika sedang berinteraksi dan bertransaksi dengan pihak lain.  Contohnya dalam adab bertamu. Jika seseorang ingin bertamu, namun ahli bait (tuan rumah) tidak bersedia menerimanya, maka sang tamu harus menghormati keputusan ahli bait. Di dalam Islam jelas dinyatakan, setelah tiga kali mengucapkan salam, namun pintu belum terbuka, itu artinya ahli bait tidak menerima tamu. Maka sang tamu harus kembali dan tidak boleh memaksakan diri.
Seimbang berarti sama besar maupun kecilnya. Dalam agama Islam, keseimbangan dalam hidup merupakan cerminan dari sifat asmaul husna Allah berupa Al-Adl dan Al-Hakam. Hukum tak terbantahkan dari Dia yang Maha Adil dan Maha Memutuskan.
Konsep ini bisa terlihat dari firman-Nya kalau segala sesuatu diciptakan berpasangan, siang dan malam, laki-laki dan wanita, hidup dan mati, tua dan muda, hingga yang bersifat ruhaniah, seperti surga dan neraka, iblis dan malaikat, serta dosa dan pahala.
Melalui penciptaan dualitas ini pula Allah SWT merendahkan manusia dengan mentahbiskan dirinya sebagai sesuatu yang berbeda. Ia hanya satu, al-Ahad, yang berarti berbeda dengan sistem yang ia ciptakan. Suatu simbol kalau tidak ada makhluk, keadaan, maupun sifat makhluk lain yang dapat menandinginya.
Sepertinya hal ini patut menjadi peringatan bagi mereka yang hidup dan tunduk dalam sistem keseimbangan. Berarti satu perbuatan meskipun kecil wujudnya, dapat menuai akibat yang sangat besar apabila menggangu hukum alam yang mutlak. Akan terjadi suatu reaksi lanjutan sebagai konsekuensi perbuatan tersebut.
Kenyataan ini membuat saya merenung betapa hebatnya alam ini diciptakan. Keadilan itu konon bisa berjalan sempurna karena memang ada sistem yang mengaturnya. Sesuatu yang disebut “mekanisme bawah sadar” atau atau rumus segala kejadian. Sebuah program yang disediakan untuk mengatur kehidupan dengan sistematis.
Sistem ini terprogram rapi yang apabila terganggu bisa membawa dampak yang tak diduga. Contoh seperti proses pembelahan sel dalam tubuh. Apabila pembelahan sel itu terjadi lebih cepat dibanding kematiannya, dapat timbul penyakit berbahaya seperti kanker. Sementara bila proses kematian sel (apoptosis) berlangsung lebih cepat, maka tubuh manusia bisa kekurangan sel.
Demikian juga dengan sistem yang mengatur alam diluar sana. Gaya gravitasi contoh yang paling sederhana. Jika gaya gravitasi terlalu lemah, bumi akan terlempar ke angkasa luar. Sebaliknya jika gaya ini terlalu kuat, bumi akan tertarik ke dalam matahari dan musnah.
Tak bisa dipungkiri, semua fenomena alam yang terjadi sekarang bisa kita nikmati karena adilnya keseimbangan. Tuhan memang telah merencanakan, menciptakan, mengatur, dan menjaganya segalanya.
Inilah pameran kekuatan yang paling menakjubkan. Dibanding “sekedar” robot atau komputer yang paling canggih ciptaan makhluk, kenyataan semesta benar-benar mengentuti pemikiran manusia yang sombong.
Wajar didalam cerita Nabi Ibrahim AS (Abraham), sewaktu raja bernama Namrudz mengaku tuhan, sang pencipta alam cukup menghukumnya dengan nyamuk makhluk terlemah, yang memakan otaknya selama 3 hari 3 malam. Maha Kuasa Allah sebagai penjaga keseimbangan alam, serta Maha berkuasa atas segala yang Ia ciptakan. #TH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar