MATERI KULIAH TANGGAL 30 MEI 2017
sd 3 JUNI 2017:
KELAS :
4B01 BSA DAN KPI
4B01 PAI
4C01 PAI DAN AS
TUGASNYA :
1.
Baca
tulisan ini…
2.
Resum
SAYYID AHMAD KHAN
DAN PEMBAHARUANNYA (1817-1898)
Sekurang-kurangnya
ada dua kejadian penting pada abad ke-18 yang turut mewarnai suasana kaum
Muslimin India secara politis seputar abad ke-19 M. Pertama, merosotnya
kekuasaan kerajaan Mughal yang diawali dengan wafatnya Aurangzeb pada 1707 M.
Kedua, seiring dengan itu, kekuasaan dan kedudukan para pedagang Inggris di
India pun semakin kokoh.
Dengan
meninggalnya Aurangzeb, para gubernur di berbagai propinsi melespaskan diri
dari kekuasaan kerajaan Mughal, sehingga pada gilirannya wilayah kekuasaan
kerajaan ini hanya meliputi wilayah Delhi dan sekitarnya saja.
Perpecahan
politik dalam pemerintahan ini menimbulkan kekacauan. Kekacauan ini
dimanfaatkan oleh kaum Maratha untuk menyusun kekuatan di Daccan. Kelompok ini
adalah orang-orang Hindu Militan di propinsi Bombay. Dengan memanfaatkan
kekacauan dan kelemahan kerajaan Mughal mereka berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya sehingga menjadi kerajaan yang kuat di daerah Daccan sekitar tahun
1737 M.
Dalam suasana
instabilitas politik itu, orang-orang Inggris mengambil kesempatan untuk
memperkokoh kedudukannya sebagai pedagang dan berusaha merebut posisi politik.
Usaha mereka ini berhasil dengan jatuhnya Benggala ke tangan mereka dalam
pertempuran Plassey pada 1757 M.
Sisa-sisa
kekuatan Mughal akhirnya habis setelah terjadi suatu pemberontakan pada tahun
1857 M. Peristiwa ini merupakan babak terakhir keruntuhan politis seluruh kaum
Muslimin di anak benua India.
Namun demikian
dalam periode keruntuhan politik kaum Muslimin itu, masih muncul beberapa tokoh
pemikir dikalangan umat Islam India. Salah seorang tokoh yang akan kita
diskusikan ialah Sayyid Ahmad Khan.
A.
Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sayyid
Ahmad Khan lahir pada 17 Oktober 1817 M di Delhi dan meninggal dunia pada 27
Maret 1898 M, dalam usia 81 tahun. Ayahnya, Mir Muttaqi, seorang pertapa salih,
yang sangat besar pengaruhnya di istana kaisar, Mughal Akbar Shah II. Setelah
mengundurkan diri dari jabatannya, ia menghabiskan hampir seluruh waktunya
bersama Ghulam Ali, seorang suci Mujaddid pada saat itu. Ahmad Khan muda
menjadi orang yang salih karena ajaran Shah Ghulam Ali. Ahmad Khan belaar ilmu
kenegaraan dan diperkenalkan pada kebudayaan Barat oleh kakeknya dari pihak
ibu, Khawaja Fariduddin, yan selama delapan tahun menjadi Perdana Menteri pada
kaisar Mughal Akbar II.
Dari
garis bapaknya, Ahmad Khan keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW melalui
Husin ra. Oleh karena itu ia boleh memakai gelar sayyid.
Ahmad
Khan mendapat didikan tradisional dalam pendidikan agama dimulai dari membaca
alquran. Setelah itu ia melanjutkan studinya ke maktab. Disini ia belajar bahsa
Persia, arab dan matematika, disamping itu geometrid an ilmu kedokteran juga di
pelajarinya. Pendidikan formalnya berakhir ketika ia berusia 18 tahun.
Peristiwa kematian ayahnya pada 1838 M membawa perubahan besar dalam hidupnya.
Kenyataan ini berdampak sikologi dan financial terhadap keluarganya. Karena ia
memutuskan untuk bekerja pada serikat india timur meskipun keluarganya tidak
menyetujuinya, karena di antara mereka masih ada perasaan anti-Inggris.
Kemudian ia bekerja sebagai hakim. Tahun 1846 ia kembalike delhi untuk
melanjutkan pendidikannya.
Kegiatan
politik ahmad khan yang cukup berarti ialahperjuangannya membela golongan Islam
dari tuduhan Inggris setelah peristiwa pemberontakan 1857. Ia juga berusaha
mencegah terjadinya kekerasan dengan penuh resiko menolong banyak orang Inggris
dari usaha pembantaian dan pembunuhan pada saat itu yang di pimpin oleh nawab
Mahmud khan pemimpin pemberontakan anti Inggris. Di samping itu ia berusaha
meyakinkan pihak Inggris, bahwa golongan Islam tidak memegang peranan utama
dalam pemberontakan itu. Ia menjelaskan, bahwa sebenarnya itu disebabkan antara
lain karena intervensi Inggris dalam soal agama, seperti pendidikan agama
Kristen yang diadakan di panti-panti asuhan yang kelolah oleh orang Inggris dan
pembenukan sekolah-sekolah missi. Selain itu menurutya, bahwa tidak adanya
wakil-wakil golongan Islam dan hindu dalam lembaga-lembaga perwakilan, rakyat
india tidak mengerti tujuan Inggris. Rakyat menyangka Inggris akan mengubah
agama mereka menadi Kristen. Sebaliknya Inggrispun tidak mengerti keinginan
rakyat india. Dan dengan demikian tidak terjalin tali persahabatan antra
Inggris dengan rakyat India. Atas jasa-jasanya pada waktu terjadi revolusi,pemerintahan
Inggris bermaksud memberinya hadiah sebidang tanah hasil sitaan dari orang
silam, tetapi ia menolak pemberian itu kecauali gelar sir.
Selama
dan pasca terjadinya pemberontakan umat Islam selalu dicurigai bahkan semua
bencana dan kerusuhan yang terjadi dialamtkan kepada orang Islam. Ahmad khan
tampil dengan segala resiko kemampuan rehabilitasi nama baik umat Islam diantra
orang Inggris dan menyatakan perbuatan maker yang dilakukan umat Islam dicap
sebagai perbuatan kriminal dan sangat tidak adil kesalahan itu dialamatkan
kepada seluruh umat Islam.
Ahmad
Khan dengan segala upaya mendamaikan umat Islam dengan pemerintahan Inggris. Ia
mengajak masyarakat umat Islam india agar tetap loyal pemerintah Inggris.
Kepada umat Islam ditegaskannya bahwa persahabatan dantra mereka dengan pihak
Kristen diperkenankan oleh agama bahkan ia menyerang kelompok ortodoks dengan
menyatakan dalam suatu pamphlet bahwa orang muslim makan bersama orang Kristen
dan Yahudi adalah tidak dilating. Usaha-usaha ahmad khan itu tampaknya bahwa
hasil yang baik bagi kedua bela pihak. Pada akhirnya abad ke-29 sudah menjadi
kebiasaan orang-orang Islam makan bersama orang-orang Inggris. Sejak saat iu
orang Islam berambah keinginannya untuk belajar pada orang Barat, dan
kecurigaan orang Inggris terhadap mereka menjadi berkurang. Dan akhirnya orang
Islam memilikinlembaga perguruan tinggi model Barat.
B.
Ide-ide Pembaharuan Sayyid Ahmad Khan
Modernisme
Islam merupakan sebuah respon Muslim modern dalam rangka menghadapi Barat di
abad 19 dan 20 M. perhatian utama difokuskan untuk memurnikan ajaran Islam dari
elemen-elemen yang idak Islami atau Bid‘ah, menginterpretasikan beberapa aspek
social kemasyarakatan dan menyesuaikannya dengan unsure-unsur modern dan
perkembangan zaman. Sehingga umat Islam dapat merespon perubahan masa dan dapat
berpartiipasi aktif menyumbangkan pemikiran-pemikirannya untuk perkembangan
dunia modern dalam jangka waktu yang panjang serta untuk membuktikan kebenaran
agamanya.
Sebagai
seorang Muslim modernis, Ahmad Khan juga bertujuan untuk memurnikan Islam dan
menyesuaikannya dengan konteks masyarakatmodern; dengan cara mengadakan
penafsiran ulang terhadap ajaran-ajaran Islam, mengadopsi sains dan teknologi
Barat serta membentuk organisasi-organisasi untuk memperbaiki kondisi-kondisi
social masyarakat tanpa meninggalkan pesan moral dan nilai-nilai Islami.
1.
Pemikiran Keagamaan
a.
Sebelum tahun 1857
Pada
tahap perama pemikiran Ahmad Khan ketika menetap di Delhi 1817-1857, ia
merupakan sosok muslim tradisionalis. Pemikiran keagamaannya apabila dilihat
pada tema-tema tulisannya sangat bercorak puritan, sectarian dan apologetic.
Meskipun demikian sejak permulaan abad ke-19, umat Islam India telah melakukan
kontak dengan Inggris, pemikiran keislaman Ahmad Khan selama periode ini belum
terpengaruh dengan suasana yang mengitarinya. Sumber inspirasi pemikirannya
ialah gerakan pembaharuan keagamaan yang dipelopori oleh Shah Waliyullah dan
gerakan Wahabi.
Pemikiran
keagamaannya selama periode ini secara luas terefleksi dalam tulisannya sebelum
tahun 1857, seperti dalam buku Jilaul Qulub bi Zik al-Mahbub (menyucikan hati
dengan mengingat yang dicintai). Buku ini ditulis pada tahun 1848, merupakan
sebuah buklet kci yang berisi tentang cerita kelahiran, wafat, wahyu dan
peristiwa-peristiwa lain dalam sisi kehidupan akurat untuk memperingati upacara
mauled Nabi besa Muhammad SAW.
Disamping
itu ada dua buah karya besar lainnya masing-masing dalam bidang karya sastra
dan sejarah. Karya sastranya yang pertama dan terbesar adalah pujian kepada
kota Delhi Asaru Al-Sanadid ―peninggalan-peninggalan lama dari Delhi yang
diterbitkan pada 1847‖. Uraian dalam buku ini mengisahkan tentang gedung-gedung
utama di dalam sekitar kota Delhi. Dalam uraiannya dijelaskan pula tentang para
tokoh terkenal yang mendiami kota ini sampai pada kurunnya. Sedangkan bukunya
yang kedua merupakan hasil suntingan karya Abul Fazal yang berisi tentang
Sejarah Pemerintahan Islam di India yang berjudul Aini Akbari.
Melihat
kepada hasil karyanya tersebut, pemikiran keagamaan Ahmad Khan sudah mulai
kritis terhadap praktek-praktek keagamaan dalam masyarakat. Hal ini karena pola
pikirnya banyak dipengaruhi oleh Shah Waliullah dan Wahabi.
b.
Setelah Tahun 1857
Setelah
revolusi 1857, Ahmad Khan benar-benar menjalin kerjasama dengan pihak Inggris.
Sebagai hasil hubungan baik itu ia diberi kesempatan mengadakan lawatan ke
Inggris. Setibanya di sana ia melihat kemunduran bangsanya yang sangat mencolok
dibandingkan kemajuan yang ia lihat.
Peristiwa
1857 dan perjalanannya ke Inggris itu memberikan suatu nuansa baru terhadap
pemikirannya. Peristiwa ini tidak hanya berdampak social politik, tetapi jua
membawa implikasi kepada agama dan pola pikirnya pun berubah. Padahal sebelum
ini pemikiran keagamaan Ahmad Khan bersifat puritan, sectarian dan apologetic.
Sebaliknya setelah tahun 1857, berubah menjadi rasional, dinamis dan prakmatis.
Ia lebih konsen dengan nilai-nilai moral dan social daripada membicarakan
masalah-masalah yang sulit dimengerti akal. Perubahan ini dapat dilihat pada
sejumlah hasil karyanya setelah tahun 1857. Lebih jauh Siddiqui menambahkan,
setelah 1857 dia menempatkan pemikiran keagamaan atas dasar risetnya yang
kritis. Sekali waktu ia mengatakan,saya seorang muslim bukan karena saya
dilahirkan di rumah Islam, tetapi saya percaya kepada Islam itu karena
keyakinan dan hasil riset yang saya lakukan.
Baginya
sains dan tehnologi itu dapat memperkuat keyakinan agamanya apabila Islam
berdasarkan dialektika tidak bertentangan dengan akal. Lebih lanjut Ahmad Khan
menjelaskan bahwa makna Islam itu baru dapat dimengerti dengan baik oleh
penganutnya apabila diwujudkan dalam praktek oleh pemeluknya. Oleh karena itu
perjuangan Ahmad Khan tidak terbatas hanya memurnikan Islam tetapi lebih dari
itu ia pun berjuang memurnikan keadaan komunitas muslim.
Sepenuhnya
ia sadari bahwa mengadakan reformasi dalam bentuk sikap keberagamaan komunitas
muslim India sangatlah sulit dan kompleksnya persoalan yang dihadapi. Ahmad
Khan menyadari bahwa hal itu merupakan sebagian dari problema politik yang dihadapinya
sejak tahun 1859, disamping penemuan baruyang harus diberi jawabannya oleh
agama. Bashir Ahmad Dar menjelaskan sikap Ahmad Khan dalam persoalan ini.
Tantangan Barat ini akan di antisipasi oleh Ahmad Khan dengan cara tetap
mengadakan kerjasama dalam bidang politk, asimilasi kebudayaan dan mengadakan
interpretasi ulang terhadap Idiologi Islam dalam bidang intelektual.
Guna
merespon tantangan dari Barat, Ahmad Khan melancarkan reformasi dalam bidang
moral, sosial dan akidah serta praktek-praktek keagamaan umat Islam secara
kritis dan rasional. Dengan cara ini, ia percaya bahwa Islam akan efektif
melayani kebutuhan masyarakat. Karena itu obsesi ini harus diwujudkan agar
Islam sebagai satu-satunya agama yang paling benar di dunia ini dalam mengatur persoalan
masyarakat dapat dibuktikan.
Pendekatan
rasional yang dilakukan tokoh ini dalam memahami Islam tidaklah semata-mata
karena adanya persentuhan dengan peradaban Barat tetapi dipengaruhi oleh Shsh
Waliullah yang menekankan bahwa pemikiran Islam Itu harus dikaji ulang sehingga
membuatnya sesuai dengan segala zaman.
Sumber
ajaran Islam menurutnya hamyalah Al-Quran dan Hadis sedangkan ijtihad, ijma‘
dan qiyas tidak merupakan dasar Islam yang bersifat absolut. Demikian pula
halnya Hadis, baru ia dapat diterima apabila setelah diteliti dengan sekasama
tentang keasliannya karena masih banyak hadis palsu beredar ditengah
masyarakat.
Sementara
itu, Al-Quran baginya merupakan sumber yang paling dapat dipercaya dan sebagai
dasar untuk memahami Islam. Dia berkeyakinan bahwa umat Islam sekarang sudah
mampu menafsirkannya sesuai dengan kondisi sekarang dan tidak harus berpegang
teguh pada penafsiran-penafsiran ulama terdahulu. Dengan kemajuan sains di abad
19, seorang muslim harus dapat memahami pesan-pesan AL-Quran itu baik secara
kiasan mmaupun dalam bentuk tersurat. Oleh karenanya sebuah kajian serius
tentang ilmu eksakta seperti yang dikembangkan di Barat memperkuat keyakinannya
bahwa Al-Quran sebagai firman Allah dengan hukum alam sebagai ketetapan-Nya
sudah pasti tidak terjadi pertentangan antara keduanya. Kepercayaannya yang
kuat kepada Sunnatullah ini dikecam oleh ulama tradisionalis bahkan orang
menuduhnya kafir. Satu hal lain menarik untuk diamati, ialah keteguhan
mayoritas ulama saat itu berpegang pada Ijma‘ ulama sebagai sumber hukum yang
mengikat umat Islam saat ini. Ia beralasan bahwa perubahan zaman itu
menjadikannya Ijma‘ masa lampau tidak berlaku, termasuk Ijma‘ para sahabat
Nabi. Persoalan agama saat ini, menurutnya, harus diselesaikan oleh umat Islam
sekarang yang lebih mengetahui problema kehidupannya. Untuk itu Ijtihad sangat
penting kedudukannya. Ia menambahkan bahwa sarana Ijtihad itu akan dijadikan
sebagai instrumen yang dapat merealisasikan kondisi objektif yang dihadapi
agama. Ijtihad itu merupakan spirit dinamis dalam ajaran Islam dan dengan
Ijtihad perseolan-persoalan baru dapat direspon oleh umat Islam yang sesuai
dengan kondisi masa.
2.
Pemikiran Sosial dan Reformasi
a.
Pemikiran Sosial dan Pendekatan Perdamaian
Pemikiran
sosial Ahmad Khan sangat erat kaitannya dengan pemikiran keagamaannya, sangat
modern dan rasional. Hal ini terlihat pada konsepnya bahwa kemajuan Barat itu
bukan karena kristennya, tetapi kemajuan itu diraih dengan kemampuan
intelektual sehingga dapat dikembangkan sains dan teknologi. Dan umat Islam pun
mampu berbuat seperti itu.
Islam
sebagai agama monoteisme sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ia
memberi kebebasan kepada manusia menentukan kehendaknya sendiri asalkan tidak
melanggar hak asasi orang lain. Dalam kaitannya dengan kehidupan keduniaan
sangat dibutuhkan jalinan kerjasama antar manusia agar terwujud suatu keadaan
yang didambakan bersama. Agama Islam sangat toleran dan hormat terhadap agama
lain. Demikian pula penghormatan yang diberikan Islam kepada selain Nabi
Muhammad SAW sama halnya sebagai menghormati Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini
Ahmad Khan telah menunjukkan sikapnya itu dalam kehidupannya supaya masyarakat
mengikutinya.
Meskipun
demikian antara umat Hindu dan Islam terdapat perbedaan-perbedaan. Dari segi
akidah dan sosial. Dari segi sosial golongan Islam adalah kelompok minoritas,
sedangkan umat Hindu mayoritas. Kelompok minoritas tidak yakin bahwa dikemudian
hari kelompok mayoritas akan bersikap adil dalam menjalankan konstelasi
politiknya.
Bertolak
dari keyakinan di atas, Ahmad Khan mengambil sikap mendekati Inggris dengan dua
pertimbangan. Pertama, pada kenyaataannya Inggris merupakan bangsa yang jauh
lebih kuat dan maju dalam bidang ilmu dan teknologi dibandingkan umat Islam
India. Menentang Inggris jelas akan merugikan kepentingan umat Islam sendiri.
Kedua dengan mendekati Inggris banyak manfaat yang akan diperoleh, guna
dijadikan modal untuk memajukan bangsa. Disamping itu golongan Islam dapat
mengambil ilmu pengetahuan dari Inggris untuk mengembangkan diri menuju
kemajuan kelak. Maka dalam hal ini bekerja sama dengannya merupakan suatu
keharusan agar kepentingan golongan Islam terlindungi dalam segala aspeknya.
Sikap loyal dan patuh yang ditunjukkan oleh Ahmad Khan ini merupakan refleksi
dari kekagumannya pada kemajuan Inggris.
Sementara
itu dalam percaturan politik Ahmad Khan menjauhkan diri dan menyarankan agar
orang-orang Islam tidak melibatkan diri di dalamnya. Ia menginginkan lebih
dahulu memajukan intelektual masyarakat dengan cara menimba ilmu dan teknologi
dari Barat terlebih dahulu. Tanpa ketinggian tingkat kecerdasan rakyat, akan
sulit membawa rakyat itu ke gelanggang politik dan sosial. Yang terpenting baginya
adalah tercapainya kemajuan rakyat, baru kemudiam diajak membicarakan soal yang
satu ini dan kemajuan itu tidak akan tercapai melalui jalan politik.
Kemajuan
etnis dan agama membuatnya pesimis apabila hal ini terus berlangsung. Menurut
Ahmad Khan umat Islam itu haruslah merupakan satu negara yang bebas dari
pengaruh Hindu agar proses kemajuannya berlangsung dengan cepat. Cita-cita ini
baru menjadi kenyataan setelah 90 tahun kemudian dengan lahirnya Republik Islam
Pakistan.
b.
Reformasi bidang Pendidikan dan
Sosial-Keagamaan
Kontribusi
Ahmad Khan kepada Masyarakat Islam tidaklah terbatas dalam usahanya mengadakan
perdamaian dengan penguasa Inggris. Dia telah memberikan sesuatu yang terbaik
untuk kesejahteraan bangsanya, pendidikan modern. Ahmad Khan dipandang sebagai
pelopor pendidikan modern bagi umat Islam India.
Dalam
bidang intelektual,usahanya telah mampu menjembatani kesenjangan intelektual
antara zaman pertengahan dan zaman modern. Karena itu sejak dini Ahmad Khan
telah sadar akan pentingnya penggunaan bahasa Inggris sebagai media dalam
pengajaran, dan peningkatan bahasa urdu di sisi lain lewat penerjemahan
karya-karya dalam bidang ilmu sosial dan eksakta. Untuk menanggulangi hal ini
ia mendirikan ―The Scientific Society‖ di Ghazifur tahun 1864.
Pada
tahun 1869-70 Ahmad Khan mengunjungi Inggris dan berkesempatan mempelajari
sistem pendidikan di universitas Cambrige. Kunjungan ini dimaksudkan untuk
mempelajari cara pengolahan institusi tinggi bagi umat Islam. Pada 1874 ia
telah merampungkan rencana pendirian ―Mohammadan Anglo Oriental College
–MAOC—di Aligarh. Ahmad Khan bekerja keras untuk mewujudkan impiannya, akhirnya
pada 1877 peletakan batu pertama College ini dilakukan oleh Lord Lytton, raja
muda Inggris di India.
Lembaga
ini dibentuk sesuai dengan model perguruan tinggi di Inggris dan bahasa Inggris
menjadi bahasa pengantarnya. Disini ilmu pengetahuan modern merupakan mata
kuliah pokok tanpa mengabaikan pendidikan agama. Bahkan ketaatan menjalankan
ibadah sangat diperhatikan sekali. Sekolah ini terbuka untuk umum dan tidak
eksklusif.
Dalam
upayanya meningkatkan dan menyeragamkan standar mutu pendidikan secara
nasional, di tahun 1886 diadakanlah konfrensi tentang pendidikan. Tujuan
lembaga ini --Muhammedan Educational Conference—ialah menyebarluaskan
pendidikan Barat dikalangan umat Islam, mengevaluasi pendidikan agama yang
diberikan di sekolah-sekolah pemerintah dan yang dikelola oleh golongan Islam
serta menunjang pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah swasta.
Ide-ide
Ahmad Khan yang lain adalah penolakannya terhadap beberapa hukum Islam yang
sudah tidak relevan lagi, seperti hukum potongan tangan bagi pencuri,
perbudakan dan beberapa tradisi Islam seperti poligami. Tujuan utama dari doa
adalah merasakan kehadiran Tuhan bukan untuk meminta sesuatu dari Tuhan.35 Dan melalui majalah Tahzi al-Akhlaq—majalah
berbahasa Urdu—ia menyebarluaskan ide-idenya yang informatif menyangkut
persoalan-persoalan agama dan masyarakat. Selain itu ia juga berhasil menyusun
Tafsir Alquran dalam tujuh jilid. Di dalamnya ia memberikan
penjelasan-penjelasan rasional mengenai doktrin-doktrin agama.
Sir
Sayyid Ahmad Khan merupakan seorang figur pemikir Islam India terbesar yang
mengisi kesenjangan intelektual abad pertengahan dan periode modern. Ia
termasuk salah seorang tokoh pemimpin kebangkitan Islam abad ke-19 di dunia
Islam. Peranannya sangat vital terhadap kebangkitan kembali kaum Muslimin India
dan dia memperkenalkan kepada mereka liberalisme Barat dan pemikiran-pemikiran
bercorak rasional. Dua puluh tahun terakhir 1877-98 adalah masa yang paling
indah baginya, karena impiannya mendirikan perguruan tinggi modern terwujud,
sebuah karya monumental sebagai Bapak pendidik; sesuai dengan mottonya :
didiklah! didiklah!