MENAKAR BALANCE LIFE
Diantara berbagi
pilihan hidup untuk memperoleh piliham yang terbaik dan tepat dalam tatanan
yang harmonis pada kehidupan pribadi manusia dan alam semesta, maka dibutuhkan
sebuah system yang tepat yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan. Sejalan
dengan ini, maka munculah berbagai macam pemikiran ataupun ideologi-ideologi
yang semua itu menawarkan konsep-konsep yang diangggap paling bijaksana untuk
menjalani kehidupan ini. Akan tetapi pemikiran-pemikiran atau ideologi-ideologi
tersebut kadangkala hanya menitikberatkan pada satu sisi saja tanpa melihat
dari dari sisi lain dalam kehidupan ini. Hal inilah yang perlu diperhatikan,
karena dengan tidak adanya keseimbangan dalam ideologi tersebut maka akan
menimbulkan beberapa masalah dalam aspek kehidupan manusia itu sendiri.
Sebelum barbicara lebih
jauh lagi, alangkah baiknya jika kita mengetahui tetlebih dahulu apa itu
keseimbangan menurut para ahli. Secara umum, keseimbangan dapat kita pahami
yaitu posisi tegak ditengah antara dua hal, yang kedua hal tersebut sama atau
hampir sama sehingga tidak cenderung kesalah satu diantara kedua hal tersebut.
Seimbang juga berarti sebanding sepadan, atau kesamaan. Dalam persepektif
islam, keseimbangan disebut dengan istilah tawaazun.
Yusuf Al-Qardawi
memberikan definisi seimbang dengan istilah Al-Wasthiyyah (moderat) atau
dengan ungkapan yang senada dengan Leksikon Islam yaitu At-Tawaazun dalam
artian “keseimbangan diantara dua jalan atau dua arah yang saling bertentangan.
Salah satu dari dua arah tersebut tidak dapat mengambil hak yang lebih banyak
dan melampaui yang lain.”
Kemudian mengenai
pengertian keseimbangan ini, Plato lebih menitikberatkan pada nilai keindahan.
Jika segenap potensi-potensi jiwa terdidik sedemikian rupa, tanpa adanya
ketidak adilan dan dijauhkan dari kelebihan ataupun kekurangan, maka jiwa akan
menjadi indah. Jadi segala sesuatu itu memiliki ukurannya masing-masing, yaitu
sebuah ukuran ideal. Selanjutnya, Plato juga mengatakan “seseorang dapat
dikatakan sempurna bilamana akhlak dan potensinya sudah seimbang.”
Sedangkan menurut Ibn
Maskawaih, keseimbangan diartikan sebagai hubungan yang proporsional diantara
segala sesuatu. Berusaha untuk bersikap seimbang berarti mendidik jiwa untuk
selalu sederhana dalam segala hal, yang selanjutnya kesederhanaan ini akan
menjadi sebuah sikap yang menetap dalm diri dan pribadi seseorang.
Keseimbangan antara
cita-cita dan fakta yang diperhitungkan sehingga tercapai kondisi jiwa yang
seimbang atau dalm kondisi pertengahan. Untuk itu, hendaknya segala sesuatu
ditempatkan sesuai pada tempat dan haknya. Ada sebuah pernyataan AM. Saefuddin
yang nampaknya merupakan hasil refleksi yang cukup mendalam: “segala hal
idealnya akan mempribadi secara seimbang. Didalam konflik yang berkepanjangan
antara hak dan bathil kita akan menemukan keseimbangan. Dari inequilibrium ke
equilibrium. Demikian seterusnya hingga kita hinggap pada istiqomah, yakni
titik keseimbangan.” @akhirudindc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar