TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Senin, 08 Juli 2024

PELATIHAN DIGITAL BRANDING DAN PUBLIC RELATION

 


SILABUS: 
Fleksibilitas Manusia

Membentuk Pola Pikir Diri Anak Didik
Komunikasi yang Berpengaruh
Pelayanan Internal dan eksternal
Marketing Strategy
Kemampuan Komunikasi Persuasif 
Optimalisasi Social Media
Konsep Brand dan Formula membangun Branding 
Kekuatan Digital Marketing dalam Branding 
Konsep dan Tehnik Public Relation 
Penggunaan Alat Bantu 
Tehnik Bicara di Media Informasi 
Final Performance 
Strategic Planning







Rabu, 05 Juni 2024

DIGITAL MARKETING STRATEGY


DIGITAL MARKETING STRATEGY

 



 

PENDAHULUAN:

Training Digital Marketing Strategy memberikan anda mindset dan pengetahuan terkait komunikasi pemasaran digital dan juga membekali anda skill untuk mengoptimalkan dalam mengkomunikasikan merek dan produk melalui media digital.

Digital Marketing merupakan usaha untuk mempromosikan sebuah merek dengan menggunakan media digital yang dapat menjangkau konsumen secara tepat waktu, pribadi, dan relevan. Perusahaan perlu menjadi adaptif dan responsif dalam memenangkan konsumen. Pertahanan dalam paradigma baru ini, membuat perusahaan harus memiliki komitmen yang kuat untuk pemasaran digital melalui investasi baru dalam teknologi dan inovasi, termasuk strategi dalam melakukan Digital Marketing.

 

 

MAKSUD DAN TUJUAN TRAINING :

Setelah mengikuti Pelatihan Digital Marketing Strategy ini, peserta diharapkan memiliki pengetahuan untuk:

  • Memberikan mindset dan pengetahuan terkait Komunikasi Pemasaran Digital
  • Memberikan skill pada peserta dalam mengkomunikasikan merek dan produk melalui media digital.
  • Mengoptimalkan komunikasi pemasaran digital yang sudah dilakukan peserta.

 

 

CAKUPAN MATERI TRAINING:

Materi Pelatihan Digital Marketing Strategy yang akan dibahas adalah :

·           Konsep Digital Marketing dan Komunikasi Online

·           Digital marketing plan; Perencanaan komunikasi pemasaran digital yang efektif

·           Digital customers; Menganalisis profil dan perilaku konsumen digital

·           Mengelola pesan komunikasi pemasaran yang efektif

·           Digital media & Channel dan pemilihan media digital yang tepat

·           Mengembangkan Program Digital Marketing

·           Online Advertising

·           Display Advertising

·           Social Media Advertising

·           Mobile Advertising

·           Evaluasi dan standar pengukurannya

·           Mengelola hubungan dengan konsumen digital

 

 

METODE :

Informational Methods; Persentasi audiovisual dan self directed learning

Experiental Methods; Komunikasi yang luwes, fleksibel dan lebih dinamis.

 

DURASI:

2 Hari (08.00-16.30)

 

TRAINER :

 

Akhirudin DC, S.SOS.I, M.A.

Certified Trainer from BNSP

Personal Details

Akhirudin DC merupakan Master Trainer di ADC Training Center. Pengalaman memberikan lebih dari 10.000 Jam TRAINING dan PELATIHAN di berbagai Perusahaan Nasional dan Internasional, BUMN, BUMD, Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah antara lain Kementerian, Bank Indonesia, BPN, BPOM, PT Pertamina Tbk, PT TIMAH, BAZIS, Pemprov DKI, DPRD, Kelurahan, RSUD, Puskesmas, PT SKR Internasional, Asuransi, BPR, Universitas, Akper, Yayasan, SMA, SMK, SMP, SD/MI dengan spesialis dalam pembentukan karater, budaya dan motivasi kerja.

 

·           Certified Trainer from BNSP

·           Certified Dosen from Kemenag RI

·           Standarisasi Dai from MUI

·           Certificate of  Training Public Speaking, AIMI 2018

·           Certificate of  Training For Trainer, Jakarta School 2005

·           Certificate of  Achievement Motivation Training (AMT), ADC Training Center/Tigaraksa Satria, 2017

·           Certificate of  Master Trainer, UNIAT, 2016

·           Certificate of Achievement, Dale Carnegie Training, 2010

 

Sejak tahun 2007 Akhirudin DC telah memFORMULAsikan dan memberikan beberapa materi training lainnya; AMT (Achievement Motivation Training) bisa diakses di google.com urutan teratas TEORI AMT atau di https://akhirudindc.blogspot.com/2013/10/teori-amt-achievment-motivation-training.html , Training CT (Capai Target), NeuroLeadership, Leadership and Motivation, Self Leadership, Effective Communication Skill, MoT (The Magic of Transformation), Service Excellence/Pelayanan Prima, Customer Service Excellence, Parenting, Dinamic Selling Skill, Digital Marketing, Motivasi Kerja, Training Drive For Success, Balance Life Beautiful Life, dll. Bisa dilihat modulnya di akhirudindc.blogspot.com

Aktifitas saat ini menjadi Master Trainer di ADC Training Center, Trainer di beberapa Perusahaan/Consultan diantaranya PT. Lumosa Training, LPK Lumosa, PT Cemerlang Lestari Bersatu, PT. Anugrah Inspirasi Indonesia, PT IAM Core, AKOMODA Group, Daya Inspiring People, PT. Inspirasi Abadi Mandiri, CEO Media Tama, PT Speaker Exchange Indonesia, PT Esindo Multitata, Kharisma Training, Wahana Kendali Mutu, dll.

Akhirudin DC merupakan Dosen di beberapa kampus di Jakarta, diantaranya Dosen di UIC, UNIAT dan Dosen di PKM KODI DKI Jakarta. Selain itu, Akhirudin DC merupakan salah satu Da’i di Program CAHAYA HATI di ANTV, Pengisi program kajian rutin di berbagai Masjid/Perkantoran dengan tema utama ETOS KERJA dalam ISLAM dan TAZKIYATUN NAFS (Mensucikan JIWA untuk PRODUKTIFITAS), diantaranya Perkantoran GMF Soekarno Hatta, Kantor Takaful, Telkom, dan berbagai perkantoran lainnya. Narasumber Acara Keluarga Seimbang di Radio DFM Jakarta dan Narasumber Leadership di Pro 3 RRI. Pembina Parenting di LEAP Indonesia, Narasumber Majalah Wanita Indonesia, Editor In Chief Jurnal RIHLAH Universitas Islam Attahiriyah dll.

Penerima BEASISWA AgroMedia Scholarship Writing Programme dari Jakarta School ini, memiliki beberapa karya ilmiah, di antaranya; Buku Panduan ABG Muslimah: Sehat & Pe-De Abisss Bo!!! (Qultum Media, sudah terjual lebih dari 10.000 buku). Tim Penulis Buku Agama dan Radikalisme Agama (Penerbit Nuqtah). Buku Problematika Dakwah; dari Konteks Metodologis ke Kanca Aktivitas (Rahmat Semesta). Buku The Qiraah Code (Alifia Books/Alvabet). Buku Rahasia Bacaan Shalat; dari Takbir Hingga Salam (Alifia Books Jakarta). Buku Hidup Seimbang Hidup Bahagia (Gemilang/Kelompok Pustaka Alvabet Jakarta). Buku Happy People (ADMedia, Jakarta 2019). Buku Transformasi DIRI (ADMedia, Jakarta 2019). Buku Public Speaking; Achievement Excellence In Public Speaking (ADMedia, Jakarta 2019). Buku TARGET AMT (Penerbit ADMedia, Jakarta 2019). Lebih lengkap kunjungi di blog: http://akhirudindc.blogspot.com

Senin, 23 Oktober 2023

COMMUNICATION SKILL APA ARTI BICARA ANDA?



COMMUNICATION SKILL

APA ARTI BICARA ANDA?

Oleh: Akhirudin DC, S.Sos.I, MA, M.AM

Certified Trainer from BNSP, Certified Dosen from Kemenag RI, Standarisasi Dai from MUI

Berdasarkan penelitian, kalau kita mendengarkan suatu pembicaraan, bagi orang-orang yang kurang terlatih mendengarkan paling efektif rata-rata dia hanya mampu menyerap isi pembicaraan sekitar 15% dari seluruh pembicaraan, sedangkan 85% lagi tidak terserap. Artinya kemampuan mendengarkannya hanya sedikit. Ada sebuah ungkapan, “You hear me, but you don’t listen to me”. Anda mendengar saya, tetapi tidak mendengarkan saya. Mengapa? karena sebenarnya konsentrasi pikiran Anda tidak kepada saya, walaupun tatapan mata Anda ke arah saya.

Mengapa Anda sering tidak dapat memahami pembicaraan orang lain? Jawabnya, banyak faktor. Boleh jadi Anda tidak mengerti isi pembicaraan orang karena Anda baru mendengar materi yang dibicarakannya atau mungkin karena ada gangguan dalam situasi pembicaraan itu. Gangguan tersebut bisa disebabkan dari luar diri Anda (eksternal). Misalnya, orang yang berbicara dengan Anda bicaranya kurang keras atau kurang jelas atau karena faktor lingkungan, misalnya tempat Anda bicara terlalu bising. Gangguan lainnya mungkin disebabkan dari dalam diri Anda (internal). Misalnya telinga kurang pendengaran atau Anda kurang konsentrasi terhadap pembicaraan orang. Hal ini bisa disebabkan karena Anda tidak tertarik dengan isi pembicaraannya atau karena Anda sedang memikirkan sesuatu ketika itu sehingga Anda tidak dapat berkonsentrasi penuh.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi Anda yang mau menjadi pendengar yang baik.

Pertama,  bila ingin menguasai teknik mendengarkan yang baik, belajarlah mendengarkan pembicaraan yang tidak menyenangkan hati Anda. Mendengarkan pembicaraan yang mengenakan hati Anda itu mudah, tidak perlu dilatih. Misalnya, kalau datang seseorang lalu memuji-muji diri Anda, telinga Anda langsung mendengarkan dengan baik. Tetapi jika seseorang datang dan memberi nasihat atau mengoreksi perbuatan Anda yang salah, maka telinga segera menjadi tidak berfungsi atau Anda malah emosi. Maka latihan pertama untuk melatih pendengaran ialah belajar mendengarkan pembicaraan yang tidak Anda kehendaki.

Kedua, ialah belajar mendengarkan orang yang membicarakan tentang dirinya sendiri. Dengan kata lain mendengarkan orang yang mau curhat kepada Anda, walaupun tidak menarik untuk Anda.

Memang seseorang akan bersemangat sekali jika dia berbicara tentang dirinya kepada orang lain. Padahal boleh jadi orang yang diajak bicara tidak interest. Orang sering tidak peduli apakah orang lain mau memberi jalan keluarnya atau tidak, mengenai permasalahan yang di hadapinya Baginya yang penting ada orang yang mau mendengarkan segala masalah, bahkan seluruh keluhannya yang terkadang membuat pendengarnya merasa jemu, bosan, lebih-lebih merasa kesal. Tapi kalau Anda mau mendengarkan baik-baik, kemudian berempati kepadanya, berarti Anda sudah membantunya meringankan beban penderitaannya.

Menurut para psikolog, banyak penderita gangguan jiwa ketika menemukan telinga yang mau mendengarkan, goncangan jiwanya berkurang. 

Jika hanya sebatas keluar dari LISAN,
niscaya akan sampai ke TELINGA.

Namun, jika yang keluar dari HATI,
niscaya akan sampai ke HATI.


Info Marketing : 081385750165

Selasa, 17 Oktober 2023

Tazkiyatun Nafs dan Produktifitas Kerja



Tazkiyatun Nafs dan Produktifitas Kerja

Oleh Akhirudin DC, S.Sos.I, MA., M.AM

Certified Trainer from BNSP, Certified Dosen from Kemenag RI, Standarisasi Dai from MUI


Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (QS An Najm : 32)

 

Jiwa manusia ketika dilahirkan bersih dan suci tanpa noda. Seperti air yang jernih dalam sebuah gelas bersih tanpa noda sedikitpun. Hal ini berlaku dari sejak manusia dilahirkan sampai balig; seseorang yang sudah mencapai usia tertentu dan dianggap sudah dewasa, atau sudah mengalami perubahan biologis yang menjadi tanda-tanda kedewasaannya. Berarti bertanggungjawab sepenuhnya untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ketika manusia balig maka mulailah berlaku kewajiban menjalanklan syariat agama. Misalnya, saat terhitung balig di hari pertama, kita meninggalkan shalat zhuhur, asar, magrib, isya dan subuh. Maka bisa diumpamakan ada lima tetes noktah hitam masuk ke dalam gelas yang berisi air yang jernih itu. Ilustrasi ini menggambarkan dari dosa meninggalkan perintah shalat dalam sehari saja maka bisa dipastikan air dalam gelas itu sudah mulai berubah warna kehitamanan. Itu baru meninggalkan shalat lima kali sehari semalam. Pertanyaanya sejak kita balig sampai detik ini sudah berapa banyak kita meninggalkan shalat? Terbayang sekarang seperti apa kondisi air dalam gelas itu? Itu baru dari noda yang dihasilkan dari meninggalkan shalat.

Bagaimana dengan dosa tidak membayar zakat, dosa meninggalkan puasa Ramadhan, dosa tidak pergi haji padahal secara ekonomi sudah mampu. Itu noktah hitam dari dosa rukun Islam yang kita langgar.

Bagaimana dengan noktah-noktah hitam berupah dosa-dosa yang sudah menjadi penyakit hati seperti;

Dosa kesombongan (Takabbur), Kecenderungan pribadi jiwa yang selalu merasa lebih baik dan lebih tinggi dari pada orang lain dan cenderung merendahkan orang lain.

Dosa kebiasaan hasad dan dengki, jenis penyakit ini hampir sama dimana perasaan hasad atau iri adalah orang yang tidak suka jika seseorang mengalami kebahagiaan sementara perilaku atau sifat dengki lebih parah lagi, ia bukan hanya tidak senang jika seseorang mendapatkan kebahagiaan, ia juga akan mendoakan agar kebahagiaan hilang dari orang tersebut dan berpindah pada dirinya.

Dosa ketika beramal yang diiringi riya dan suka pamer, perilaku  memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT.

Dosa ujub (kesombongan dalam hati). Ujub adalah suatu sifat yang suka membangga-banggakan diri atas apa yang ia miliki sementara apa yang ia miliki tersebut tidaklah ia sadari merupakan karunia Allah SWT. Sifat ujub bisa merusak hati dan cenderung membuatnya sombong.

Dosa bakhil yang tidak mau berbagi dengan harta yang dimiliki. Sifat BAKHIL atau KIKIR adalah salah satu PENYAKIT HATI. Seseorang yang tidak mau atau memberikan sedikit hartanya pada orang yang membutuhkan sementara ia memiliki harta tersebut.

Dosa menyimpan dendam kepada sesama bahkan mungkin ada dendam kepada orangtua, suami/istri dan anak. Rasa dendam merupakan suatu kondisi dimana kita menginginkan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap diri kita menerima balasan atau konsekuensi dari kesalahannya. Dibandingkan berusaha untuk mengelola emosi lebih baik dengan cara mengungkapkan kemarahan sewajarnya dan kemudian memaafkan, menyimpan dendam membuat kita menganggap orang tersebut sebagai suatu ancaman yang menimbulkan perasaan stress atau trauma berulang meskipun kejadian yang sesungguhnya sudah lama berlalu.

Dosa ghibah yang saat ini sudah menjadi tontonan di acara televisi setiap hari dan tumbuh subur dalam masyarakat. GHIBAH adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya.

Jika yang dibicarakan adalah sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti MEMFITNAH (menuduh tanpa bukti). Dosa saling memfitnah. Fitnah adalah mengada-adakan dan menyebarkan berita- berita bohong yang sengaja disampaikan oleh orang-orang tertentu.

Dosa israf atau pemborosan, membuang-buan, melampaui batas atau berlebih-lebihan.

Dosa tabzir atau berlebihan atau boros adalah menghamburkan harta dalam hal yang tidak diperintahkan Allah dan tidak punya manfaat bagi orang lain dan dosa dosa dari perbuatan maksiat yang dilakukan.

Sekarang masihkah kita bisa tertawa jika membayangkan seperti apa kondisi air yang ada di dalam gelas itu? Mungkin sudah menghitam atau sudah mulai tidak cair lagi, bahkan mungkin sudah membatu bahkan mungkin lebih keras dari batu karang.

  Dosa itu ibarat sebuah noktah hitam yang melekat di hati. Jika kita terus melakukan dosa, maka noktah-noktah hitam itu akan semakin mengotori hati, lama kelamaan hati kita menjadi hitam. HR. Ibnu Majah

 Dalam kondisi seperti ini pantaskah kita kembalikan isi gelas itu kepada pemiliknya? Pantaskah kita kembalikan jiwa kita yang kotor itu kepada pemilik jiwa kita Allah Subhanahu wa Ta’ala?

Oleh karena itu, betapa pentingnya kita melakukan pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs). Bukan hanya untuk mengembalikan fitrah manusia, tetapi juga untuk mengikhlaskan semua pekerjaan kita hanya untuk dinilai oleh Allah SWT bukan atas penilaian manusia. Semakin bersih hati maka semakin produktif.


Salam Bermanfaat


Senin, 09 Oktober 2023

MEMBANGUN PONDASI GENERASI BERKARAKTER MULIA

 

MEMBANGUN PONDASI

GENERASI BERKARAKTER MULIA

AKHIRUDINDC, MA, M.AM

 

 

A.    PENDAHULUAN

Karakter Mulia, berarti individu itu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik ataupun unggul. Selain itu, individu itu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).

Individu yang berkarakter baik ataupun unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Allah SWT, dirinya, sesamanya, lingkungannya, bangsa dan negaranya, serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).

Dalam merumuskan hakikat karakter, Simon Philips (2008:235) berpendapat bahwa karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya lingkungan keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir. Hal yang selaras disampaikan dalam Buku Refleksi Karakter Bangsa (2008:233) yang mengartikan karakter bangsa sebagai kondisi watak yang merupakan identitas bangsa. 

Orang berkarakter adalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif

 Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi ‘positif’, bukan netral.

Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif, bukan yang negatif. Gagasan ini didukung oleh Peterson dan Seligman (Gedhe Raka, 2007:5) yang mengaitkan secara langsung character strength dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur-unsur psikologis yang membangun kebajikan. Salah satu kriteria utama dari character strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan sepenuhnya potensi dan cita-cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik dan bermanfaat bagi dirinya, orang lain dan bangsanya.

 

Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang

 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral dan norma. Wujudnya berupa sikap jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.

Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa.

  

B.    CHARACTER BUILDING DALAM SHALAT

 

Salah satu ciri orang yang bertakwa ialah mereka yang menegakkan salat (QS. Al-Baqarah/2: 3). 

Artinya:

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

 Ini penting kita perhatikan bahwa kegiatan salat itu disebut dalam al-Qur’an bukan dengan kalimat “mengerjakan salat” melainkan “menegakkan salat” (iqâmah al-shalâh). Ada berbagai derivasi dari kata iqâmah itu, seperti yuqîmûna al-shalâh, aqâmû al-shalâh, aqîmu al-shalâh dalam beberapa bentuk kata kerja, yang idenya ialah bahwa shalat itu tidak cukup dikerjakan tetapi ditegakkan. Perintah itu bukan berbunyi “kerjakanlah shalat” atau “bersalatlah kamu”, tetapi “tegakkanlah shalat”. Menegakkan salat ialah mengerjakan shalat dengan sebenar-benarnya dan menepati atau memenuhi konsekuensi-konsekuensinya sebagai orang yang shalat.

 Paling tidak, tuntutan yang diharapkan akan dipenuhi orang yang shalat itu diisyaratkan di dalam penutup shalat itu sendiri. Shalat dimulai dengan takbîrah al-ihrâm, artinya takbir (kalimat Allahu Akbar) yang mengharamkan segala pekerjaan yang bersifat horizontal atau sesama manusia. Sebab dengan Allahu Akbar kita menyatakan diri sedang membuka hubungan dengan Tuhan yang dimensinya vertikal, yang sangat pribadi dan personal, tidak bisa diketahui dan diintervensi oleh orang lain. Tetapi salat itu harus diakhiri dengan salam, yaitu membaca “al-salâmu ‘alaikum wa rahmah Allâh.

Idenya ialah bahwa shalat harus menghasilkan pernyataan baik kepada sesama manusia dengan menyampaikan do’a keselamatan. Itu adalah konsekuensi dari shalat. Karena itu, shalat seharusnya menghasilkan budi pekerti luhur. Orang yang melakukan salat tetapi tidak mempunyai budi pekerti luhur, tidak ramah kepada manusia, dan sebagainya, maka menurut surat al-Mâ‘ûn justru bisa lebih celaka. Surat al-Mâ‘ûn dimulai dengan suatu pertanyaan retorik, “Adakah kaulihat orang yang mendustakan agama? Dialah yang mengusir anak yatim (dengan kasar). Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang-orang yang salat. Yang alpa dalam salat mereka,” (QS. al-Mâ‘ûn/107: 1-5).

Yang dimaksud di sini bukan lupa dalam arti shalat itu terlewat karena asyik bekerja atau hal-hal lain. Lupa melakukan sesuatu karena betul-betul lupa itu justru tidak apa-apa. Malahan ada do’a di dalam al-Qur’an, yaitu “Tuhan, janganlah menghukum kami jika kami lupa atau melakukan kesalahan,” (QS. Al-Baqarah/2: 286). Ada sebuah hadits yang menggambarkan bahwa kalau kita berdo’a seperti itu Tuhan menjawab, “Engkau telah berbuat, Engkau telah berbuat (tidak apa-apa lupa).” Jadi yang dimaksud “Yang alpa dalam salat mereka” ialah orang yang shalat setiap hari tetapi tingkah lakunya seperti orang tidak shalat. Atau shalatnya hanya untuk riya’ atau pamrih, dalam istilah sosiologi disebut sebagai rule expectation. Seperti seorang yang sudah haji melakukan shalat karena orang berharap (expect) dia shalat. Jadi dia shalat atau beribadat atas dasar rule expectation. Maka menegakkan shalat itu serius sekali. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat itu tiang agama. “Barang siapa menegakkan salat maka dia menegakkan agama, dan barangsiapa meninggalkan salat maka dia menghancurkan agama.”

Allah berfirman, 

Artinya:

Adakah kaulihat orang yang mendustakan hari kiamat (bohong dalam beragama? Dialah orang yang mengusir anak yatim (dengan kasar) (tidak peduli dengan nasib anak yatim), dan tidak mendorong memberi makan (tidak pernah dengan sungguh-sungguh memikirkan nasib) orang miskin (QS. 107: 1-3).

 Ini adalah indikator kepalsuan beragama. Dalam bahasa kontemporer, indikator kepalsuan beragama adalah kalau orang tidak mempunyai solidaritas sosial, social concern, tidak peduli dengan masyarakat dan sebagainya.

 

C.    NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM SHALAT

·         Jumlah rakaat, melatih kejujuran           

·         Pelaksanaan, melatih Tanggung jawab            

·         Hari kemudian, melatih Visioner

·         Tepat waktu, melatih Disiplin     

·         Berjemaah, melatih Kerjasama  

·         Shaf, melatih Adil  

·         Salam, melatih Peduli (https://books.google.co.id/books?id=wcUKuso1o_QC)

 

D.   PENUTUP

Shalat dan bentuk ibadah-ibadah lainnya dalam Islam pada dasarnya adalah ritus. Orang tidak boleh berhenti kepada ritus itu sendiri, tetapi penghayatannya, sebab ritus itu sesungguhnya hanya simbolisasi. Ketika orang shalat melakukan rukuk, berdiri, sujud; dan seluruh aktivitas dalam shalat, itu sebetulnya simbolisasi ketundukan manusia kepada Tuhan. Dan itu nature manusia. Orang modern akan sulit sekali menekuk lututnya, karena terbiasa duduk di kursi. Maka ketika Malcom X menjadi Muslim dan kemudian mulai shalat, dia membuat suatu statement yang sangat menarik. Katanya, yang paling sulit bagi manusia hidup ternyata ialah menekuk lutut yang merupakan bagian dari anatominya sendiri, karena dia tidak biasa menekuk lutut. Tetapi kalau kita berhenti pada menekuk lutut pada waktu ruku atau sujud tanpa menghayatinya, tidak akan mempunyai fungsi apa-apa. Itulah yang diperingatkan Allah dalam al-Qur'an surat al-Mâ‘ûn ayat 4-6, “Maka celakalah orang-orang yang salat. Yang alpa dalam salat mereka. Yang hanya ingin dilihat (orang).

 



PELATIHAN/TRAINING TRANSFORMASI KARAKTER

Membentuk Budaya Kerja dengan Nilai-Nilai Shalat, Sukses dengan Nilai-nilai Shalat

Dan beberapa modul training lainnya sesuai dengan kebutuhan client

CONTACT :

HP/WA : 0813 8575 0165

akhirudindc@gmail.com