Tazkiyatun Nafs dan Produktifitas Kerja
Oleh Akhirudin DC, S.Sos.I, MA., M.AM
Certified Trainer from BNSP, Certified Dosen from Kemenag RI, Standarisasi Dai from MUI
Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa. (QS An Najm : 32)
Jiwa
manusia ketika dilahirkan bersih dan suci tanpa noda. Seperti air yang jernih
dalam sebuah gelas bersih tanpa noda sedikitpun. Hal ini berlaku dari sejak
manusia dilahirkan sampai balig; seseorang yang sudah mencapai usia
tertentu dan dianggap sudah dewasa, atau sudah mengalami perubahan biologis
yang menjadi tanda-tanda kedewasaannya. Berarti bertanggungjawab sepenuhnya
untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ketika
manusia balig maka mulailah berlaku kewajiban menjalanklan syariat
agama. Misalnya, saat terhitung balig di hari pertama, kita meninggalkan
shalat zhuhur, asar, magrib, isya dan subuh. Maka bisa diumpamakan ada lima
tetes noktah hitam masuk ke dalam gelas yang berisi air yang jernih itu.
Ilustrasi ini menggambarkan dari dosa meninggalkan perintah shalat dalam sehari
saja maka bisa dipastikan air dalam gelas itu sudah mulai berubah warna
kehitamanan. Itu baru meninggalkan shalat lima kali sehari semalam.
Pertanyaanya sejak kita balig sampai detik ini sudah berapa banyak kita
meninggalkan shalat? Terbayang sekarang seperti apa kondisi air dalam gelas
itu? Itu baru dari noda yang dihasilkan dari meninggalkan shalat.
Bagaimana
dengan dosa tidak membayar zakat, dosa meninggalkan puasa Ramadhan, dosa tidak
pergi haji padahal secara ekonomi sudah mampu. Itu noktah hitam dari dosa rukun
Islam yang kita langgar.
Bagaimana
dengan noktah-noktah hitam berupah dosa-dosa yang sudah menjadi penyakit hati
seperti;
Dosa kesombongan
(Takabbur), Kecenderungan pribadi jiwa yang selalu merasa lebih baik dan
lebih tinggi dari pada orang lain dan cenderung merendahkan orang lain.
Dosa kebiasaan
hasad dan dengki, jenis penyakit ini hampir sama dimana perasaan hasad
atau iri adalah orang yang tidak suka jika seseorang mengalami kebahagiaan
sementara perilaku atau sifat dengki lebih parah lagi, ia bukan hanya tidak
senang jika seseorang mendapatkan kebahagiaan, ia juga akan mendoakan agar
kebahagiaan hilang dari orang tersebut dan berpindah pada dirinya.
Dosa ketika
beramal yang diiringi riya dan suka pamer, perilaku memperlihatkan sekaligus memperbagus suatu
amal ibadah dengan tujuan agar diperhatikan dan mendapat pujian dari orang
lain. Riya’ termasuk karena meniatkan ibadah selain kepada Allah SWT.
Dosa ujub
(kesombongan dalam hati). Ujub adalah suatu sifat yang suka membangga-banggakan
diri atas apa yang ia miliki sementara apa yang ia miliki tersebut tidaklah ia
sadari merupakan karunia Allah SWT. Sifat ujub bisa merusak hati dan
cenderung membuatnya sombong.
Dosa bakhil
yang tidak mau berbagi dengan harta yang dimiliki. Sifat BAKHIL atau KIKIR
adalah salah satu PENYAKIT HATI. Seseorang yang tidak mau atau memberikan
sedikit hartanya pada orang yang membutuhkan sementara ia memiliki harta
tersebut.
Dosa menyimpan
dendam kepada sesama bahkan mungkin ada dendam kepada orangtua, suami/istri dan
anak. Rasa dendam merupakan suatu kondisi dimana kita menginginkan orang lain
yang melakukan kesalahan terhadap diri kita menerima balasan atau konsekuensi
dari kesalahannya. Dibandingkan berusaha untuk mengelola emosi lebih baik
dengan cara mengungkapkan kemarahan sewajarnya dan kemudian memaafkan,
menyimpan dendam membuat kita menganggap orang tersebut sebagai suatu ancaman
yang menimbulkan perasaan stress atau trauma berulang meskipun kejadian yang
sesungguhnya sudah lama berlalu.
Dosa ghibah
yang saat ini sudah menjadi tontonan di acara televisi setiap hari dan tumbuh
subur dalam masyarakat. GHIBAH adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang
jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya.
Jika
yang dibicarakan adalah sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti
MEMFITNAH (menuduh tanpa bukti). Dosa saling memfitnah. Fitnah adalah mengada-adakan dan
menyebarkan berita- berita bohong yang sengaja disampaikan oleh orang-orang
tertentu.
Dosa
israf atau pemborosan, membuang-buan, melampaui batas atau berlebih-lebihan.
Dosa
tabzir atau berlebihan atau boros adalah menghamburkan harta dalam hal yang
tidak diperintahkan Allah dan tidak punya manfaat bagi orang lain dan dosa dosa
dari perbuatan maksiat yang dilakukan.
Sekarang
masihkah kita bisa tertawa jika membayangkan seperti apa kondisi air yang ada
di dalam gelas itu? Mungkin sudah menghitam atau sudah mulai tidak cair lagi,
bahkan mungkin sudah membatu bahkan mungkin lebih keras dari batu karang.
Oleh karena itu, betapa pentingnya kita melakukan pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs). Bukan hanya untuk mengembalikan fitrah manusia, tetapi juga untuk mengikhlaskan semua pekerjaan kita hanya untuk dinilai oleh Allah SWT bukan atas penilaian manusia. Semakin bersih hati maka semakin produktif.
Salam Bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar