TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Kamis, 20 Juli 2017

SENI DALAM KEPEMIMPINAN



SENI DALAM KEPEMIMPINAN

Banyak pemimpin masa kini yang mengeluh tentang sulitnya mengatur orang-orang yang mereka pimpin. Para bawahan ibarat binatang liar yang sulit untuk dijinakkan. Apapun posisi Anda, entah kepala toko, manajer sampai direktur, Anda dituntut untuk menundukkan orang-orang itu.
Apakah memang benar anak buah kita adalah tipe orang-orang yang susah untuk diajak kerjasama dan tidak mengerti apa kemauan kita? Ataukah kita sendiri yang tidak pernah berkaca dan introspeksi diri? Berikut ini adalah beberapa tips untuk menjadi pemimpin yang mudah mempengaruhi orang-orang di sekitar Anda :
A.   Mengelola Emosi
Bayangkan jika Anda adalah seorang bawahan. Ada seorang atasan Anda yang mempunyai tipe kepemimpinan ala diktator. Ia sering mengkritik dan menyalahkan bawahan. Suka menyerang secara pribadi yang tidak ada kaitannya dengan masalah pekerjaan. Lalu ada lagi seorang atasan Anda yang mau mengerti tentang kesulitan Anda. Ia memotivasi Anda untuk bersabar, lalu meyakinkan Anda bahwa akan selalu ada solusi untuk keluar dari masalah.
Kira-kira pemimpin mana yang akan anda ikuti sarannya? Ya. Saya juga punya jawaban yang sama. Kita semua cenderung mengikuti saran dari orang-orang yang berempati atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Ia mempunyai semacam magnet yang membuat kita ingin selalu dekat. Kita sering meminta saran padanya saat terjadi hambatan dalam pekerjaan karena dialah yang membuat kita merasa nyaman untuk menyampaikan segala macam permasalahan.
Sebagai pemimpin, kita harus menyampaikan dengan baik maksud dan tujuan kita pada bawahan. Dan emosi adalah kunci untuk memuluskan langkah itu. Ketidakcakapan pemimpin dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuannya dapat berakibat fatal. Para bawahan bisa jengkel dan marah hanya karena bos mereka tidak sedikit pun menunjukkan rasa simpatinya. Celakanya, jika hal ini terus terjadi, sang pemimpin akan kehilangan wibawanya di mata anak buah. Mereka akan memberontak atau lebih memilih mundur, lalu mencari perusahaan dan bos yang lebih respek atas kinerja mereka.
Emosi memainkan peranan penting tidak hanya dalam kehidupan pribadi, namun juga dalam dunia kerja. Saat terjadi masalah dalam perusahaan, respon pertama bawahan adalah melihat reaksi pemimpinnya. Reaksi ini adalah tanda atau sinyal emosi yang sedang dirasakan sang bos. Dan emosi ini akan menyebar dari bawahan yang satu ke yang lain. Artinya, jika emosi positif yang coba ditunjukkan pemimpin pada saat terjadi krisis, para bawahan pun tidak akan gampang menyerah dan tetap optimis dengan segala kemungkinan. Sebaliknya apabila emosi negatif yang keluar dari raut wajah dan sikapnya, anak buah pun akan menjadi cemas dan panik. Emosi bagai virus yang dapat menular dan menyebar.
Pemahaman yang selalu disadari oleh para pemimpin besar adalah mereka tidak hanya memimpin sekelompok orang secara fisik, jasmani atau tubuhnya. Tapi mereka juga mendorong jiwa dan perasaan orang-orang ini ke arah yang lebih baik. Itu semua harus dimulai dari diri sendiri. Untuk menyebarkan emosi positif, pemimpin terlebih dahulu harus memelihara benih emosi di dalam dirinya.Caranya dengan menanamkan sikap optimisme, selalu berpikiran positif, tampil penuh percaya diri, dan terus berinisiatif. Tidak masuk akal jika berharap gelombang positif akan dipancarkan dari pribadi yang memiliki sikap temperamental, pesimis dan mudah putus asa.

B.   Gunakan Humor
Humor mampu memecah ketegangan. Anda tidak perlu menjadi pelawak untuk membuat orang lain tertawa atau paling tidak tersenyum. Cukup dengan melontarkan candaan ringan. Tapi humor yang dimaksud di sini bukan jenis humor yang biasa kita tonton di TV yang sering melecehkan dan membanding-bandingkan fisik seseorang. Humor yang bermanfaat disini adalah lelucon yang ringan dan segar yang dapat dinikmati semua orang tanpa menyinggung SARA. Contohnya seperti, “Wah..sudah jam istirahat nih, pantesan perut saya dari tadi teriak-teriak minta diisi”
Humor yang dilontarkan pada waktu yang tepat dapt mengubah susana kerja jadi lebih menyenangkan. Orang akan cenderung bekerja maksimal saat mereka merasa senang. Tapi tentu saja tidak efektif untuk selalu malakukan candaan. Tidak disarankan melontarkan humor melebihi waktu yang diperlukan. Terlalu banyak bercanda juga tidak bagus. Hal itu dapat membuat pekerjaan menjadi tidak fokus.
Humor sering dimanfaatkan oleh sebagian besar pemimpin untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan bawahan. Humor ini efektif untuk meredam ketegangan yang sering muncul di tempat kerja. Suasana kerja yang menyenangkan selalu mendukung para pekerja untuk saling berbagi ide dan bersama-sama menyelesaikan tugas. Sedangkan tempat kerja yang tidak pernah diisi dengan candaan atau joke-joke ringan lebih sering membuat para pekerja stres dan menciptakan lingkungan kerja yang membosankan.

C.   Menjalin Silaturahmi
Sudah seharusnya kekompakan tim tidak hanya dijalin di dalam perusahaan, tapi juga diluar lingkungan kerja. Apabila mendengar kabar bahwa ada seorang karyawan yang sedang sakit dan harus dirawat dirumah sakit, pemimpin yang cerdas secara emosi pasti akan menjadi yang pertama menjenguk si karyawan. Dengan begitu, pemimpin telah menunjukkan ketulusan dan perhatiannya pada bawahan. Efeknya juga akan menyebar pada bawahan yang lain. Mereka akan merasa nyaman memiliki bos yang punya sikap empati.
Tidak ada salahnya bos sesekali menanyakan kabar keluarga anak buahnya. Dan berharap suatu saat mereka bisa saling berkenalan. Kedekatan semacam ini membentuk jalinan positif yang membuat bawahan merasa diperhatikan. Mereka bekerja untuk menghidupi keluarga mereka, dan apabila pemimpin mau memotong jarak antara bos dengan anak buah, maka karyawan akan merasakan kenyamanan saat bekerja. Dan ini akan berimbas pada kinerja yang maksimal dan produktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar