TRAINER HEBAT

TRAINER HEBAT

Rabu, 25 Januari 2017

POTENSI TERHEBAT MANUSIA


POTENSI TERHEBAT MANUSIA
Akhirudin DC


Tuhan menciptakan manusia terdiri dari tiga unsur bertingkat, yaitu jasmani, ruhani dan nafsani. Tingkat terendah adalah jasmani, yaitu fisik, badan manusia yang kelihatan sehari-hari. Tingkat yang lebih tinggi adalah nafsani (Arab: nafsânî), yaitu unsur manusia yang bersifat nafs, psikologi, jiwa. Tingkat yang paling tinggi adalah ruhani (Arab: hânî), yang bersifat ruh. Istilah-istilah ini penting, sebagaimana kebaha­giaan dan kesengsaraan juga tiga tingkat, begitu juga pengalaman-pengalamannya. Ada pengalaman jasma­ni yang tidak sampai pada tingkat nafsani, sehingga secara jasmani orang tampak bahagia tetapi jiwanya sakit. Meskipun yang demikian ini ditolak dalam psikologi karena ada istilah psikosomatik, yaitu sakitnya badan oleh karena sakitnya jiwa, tetapi bagi bukan psikolog sakit badannya itu tidak begitu tampak.
Meningkat lagi, ada juga orang yang secara psi­kologis sehat tetapi secara spiritual sakit sehingga menyebabkan, misalnya, ketidaksadaran tentang benar dan salah. Ada situasi ketika kita mengalami tingkat perkembangan ruhani begitu rupa sehingga tidak bisa membedakan antara baik dan buruk, antara benar dan salah. Inilah yang disebut al-Qur’an sebagai keburukan telah dihiaskan dalam diri kita, “Adakah orang yang pekerjaannya, buruk dibayangkan baik lalu menjadi baik (sama dengan orang yang mendapat bimbingan) (apakah orang yang dihiaskan badannya, kejahatannya sehingga kelihatan baik)?,” (Q. 35: 8). Dengan perkataan lain, kalau kita sudah mulai melihat kejaha­tan sebagai yang baik, itu adalah kebangkrutan ruhani, dan sebenarnya merupakan kesengsaraan yang tertinggi. Sebagaimana kesengsaraan nafsani yang tidak selalu tampak pada jasmani, kebangkrutan spiritual juga tidak selalu tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaannya kemudian adalah kapan orang akan merasakan efek dari kebangkru­tan spiritual? Kalau sudah kembali ke alam ruhani, yaitu setelah mati. Tetapi di dunia ini sebenarnya sudah mulai terasa efeknya. Hal ini seba­gaimana yang disinyalir psikolog bahwa kesehatan psikologis punya efek kepada kesehatan jasmani, maka begitu juga kesehatan ruhani punya efek kepada kesehatan nafsani maupun jasmani meskipun tidak langsung. Artinya, kebahagiaan dan kesengsaraan itu juga bisa kita rasakan sekarang ini meskipun tidak dalam ukuran yang sepenuhnya.

2 komentar: