SEIMBANG - AT-TAWAZUN - BALANCE
follow @BalanceLife5 dan @akhirudindc
Secara umum,
keseimbangan dapat kita pahami yaitu posisi tegak ditengah antara dua hal, yang
kedua hal tersebut sama atau hampir sama sehingga tidak cenderung kesalah satu
diantara kedua hal tersebut. Seimbang juga berarti sebanding sepadan, atau
kesamaan. Dalam persepektif islam, keseimbangan disebut dengan istilah tawaazun.
Yusuf Al-Qardawi
memberikan definisi seimbang dengan istilah Al-Wasthiyyah (moderat) atau
dengan ungkapan yang senada dengan Leksikon Islam yaitu At-Tawaazun dalam
artian “keseimbangan diantara dua jalan atau dua arah yang saling bertentangan.
Salah satu dari dua arah tersebut tidak dapat mengambil hak yang lebih banyak
dan melampaui yang lain.”
Kemudian mengenai
pengertian keseimbangan ini, Plato lebih menitikberatkan pada nilai keindahan.
Jika segenap potensi-potensi jiwa terdidik sedemikian rupa, tanpa adanya
ketidak adilan dan dijauhkan dari kelebihan ataupun kekurangan, maka jiwa akan
menjadi indah. Jadi segala sesuatu itu memiliki ukurannya masing-masing, yaitu
sebuah ukuran ideal. Selanjutnya, Plato juga mengatakan “seseorang dapat
dikatakan sempurna bilamana akhlak dan potensinya sudah seimbang.”
Sedangkan menurut Ibn
Maskawaih, keseimbangan diartikan sebagai hubungan yang proporsional diantara
segala sesuatu. Berusaha untuk bersikap seimbang berarti mendidik jiwa untuk
selalu sederhana dalam segala hal, yang selanjutnya kesederhanaan ini akan
menjadi sebuah sikap yang menetap dalm diri dan pribadi seseorang.
Keseimbangan antara
cita-cita dan fakta yang diperhitungkan sehingga tercapai kondisi jiwa yang
seimbang atau dalm kondisi pertengahan. Untuk itu, hendaknya segala sesuatu ditempatkan
sesuai pada tempat dan haknya. Ada sebuah pernyataan AM. Saefuddin yang
nampaknya merupakan hasil refleksi yang cukup mendalam: “segala hal idealnya
akan mempribadi secara seimbang. Didalam konflik yang berkepanjangan antara hak
dan bathil kita akan menemukan keseimbangan. Dari inequilibrium ke equilibrium.
Demikian seterusnya hingga kita hinggap pada istiqomah, yakni titik
keseimbangan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar